TEMPO.CO, Bogor - Aktivitas angkutan kota (Angkot) dan transportasi kendaraan roda dua berbasis aplikasi (ojeg online) di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dan kembali normal, setelah kedua belah kedua belah pihak melajukan kesepakatan damai.
Bupari Bogor Nurhayanti dalam waktu dekat akan membuat payung hukum berupa Peraturan Bupati (Perbup) dan Peraturan Wali Kota (Perwali) yang mengatur regulasi transportasi roda dua berbasis aplikasi atau online.
Baca: Bentrok di Bogor, Sopir Angkot Vs Ojek Online Sepakat
“Saya sudah menugaskan Kepala Dinas LLAJ dan Bagian Hukum/Perundang-undangan untuk merumuskan drap transportasi roda dua berbasis aplikasi,” kata Nurhayanti. Menurut Nurhayanti, penerbitan Perbup itu setelah mendapatkan sinyal dan persetujuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan yang menyerahkan kepada dua kepala daerah yakni Kabupaten Bogor dan Kota Bogor untuk membuat aturan dan regulasinya.
“Kementerian Perhubungan hanya mengeluarkan aturan tentang roda empat berbasis aplikasi, sedangkan untuk roda dua belum punya, makanya kita menjadi daerah perintis membuat aturan ini,” kata Nurhayanti.
Nurhayanti mengatakan, salah satu poin dalam Perbup adalah mengetahui jumlah pengemudi ojek online dengan mewajibkan memiliki NPWP. “Yang penting pengemudi asal Kabupaten Bogor saja yang diwajibkan membuat NPWP sehingga diketahui jumlahnya,” kata Nurhayanti.
Karena untuk pembatasan wilayah atau zona dan ketentuan tarif itu tidak mungkin ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, akan tetapi harus dari pemerintah pusat “Kami tidak bisa membatasi wilayah operasi dan tarif mereka, karena berbasis online akan dilakukan pusat,” kataNurhayanti.
Ayatullah, 31 tahun, pengemudi ojek online mengaku meski saat ini kondisi di Kota dan Kabupaten Bogor sudah aman dan konduaif, namun pihaknya masih was-was saat dirinya mengantarkan penumpang. “Khawatir dan was-was sudah pasti tetap ada saat megantarkan penumpang, karena satu minggu lalu kondisi Kota Bogor memanas dan berakhir bentrok ,” kata Ayatullah.
Baca juga: Bentrok di Bogor, Sopir Angkot Vs Ojek Online Sepakat Berdamai
Namun, dirinya yang hanya lulusan SMA dan warga Bogor asli, memilih menjadi driver ojek online sebagai mata pencaharian. Karena lebih mudah dibandingkan harus melamar menjadi buruh pabrik. "Kita jadi buruh belum tentu diterima, dan bisa mencukupi biaya keluarga di rumah, makanya sekarang tetap memilih menjadi ojeg online,” kata Ayatullah.
Ayatullah mengatakan, meski kondisi sudah aman akan tetapi dirinya bersama dengan pengemudi online lain lebih memilih kumpul dan menunggu pelangan di sekitaran rumah, "Paling kumpul dekat rumah dan nongkrong bareng teman-teman, ada dari Go-Jek, Grab, juga Uber," kata Ayatullah.
M. SIDIK PERMANA
Video Terkait: Bentrok Sopir Angkot dan Ojek Online, 18 Orang Ditangkap