TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sopan Andrianto mengatakan, saat ini, jumlah sekolah menengah atas (SMA) yang melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sudah 100 persen, baik sekolah negeri maupun swasta. Sedangkan untuk paket C, UNBK baru diikuti 86,02 persen.
Setidaknya, ada 470 sekolah setara SMA atau madrasah aliyah (MA) yang ikut UNBK. Adapun jumlah siswa SMA tercatat 50.419 orang dan MA 7.140 orang. Sopan menuturkan banyaknya siswa yang ikut tidak memungkinkan ujian dilaksanakan dalam satu sesi.
"Nah, strategi yang kami gunakan, sesuai dengan undang-undang, kami diperbolehkan menyelenggarakan UNBK menjadi tiga shift atau tiga sesi. Jadi dari pagi, dua setengah jam kemudian sesi berikutnya. Sehingga dari pukul 07.30 berakhir 16.00," ujar Sopan saat dijumpai di SMAN 3 Jakarta, Senin, 10 April 2017.
Sopan menuturkan, saat ini, mayoritas sekolah di Jakarta belum bisa menjalankan UNBK dalam satu sesi sekaligus. Menurut dia, persoalan bukan hanya terjadi karena terbatasnya jumlah komputer, tapi juga kurangnya ruangan untuk menyimpan barang elektronik tersebut.
"Apabila kita menyiapkan komputer secara penuh, yang jadi problem adalah tempatnya. Jadi komputer itu ditempatkan dengan rasio 1:1. Rata-rata kendala sekolah adalah tempat komputer karena hampir sebagian besar ruang kelas dipakai untuk belajar-mengajar," ujarnya.
Namun Sopan menilai UNBK lebih baik ketimbang ujian berbasis kertas. Menurut dia, dalam ujian berbasis kertas pihaknya disibukkan dengan persiapan bahan soal ujian. Jika soal berada di luar daerah, Dinas Pendidikan DKI Jakarta harus mengawal penjemputan soal hingga sampai di lokasi sekolah.
"Itu memakan tenaga dan pikiran yang luar biasa. Namun, dengan UNBK yang sampai hari ini kami lakukan, sebenarnya sudah bentuk offline. Bentuk online-nya saat sinkronisasi, jadi ada transfer data dari kementerian ke server sekolah," katanya.
Biasanya, kata Sopan, sinkronisasi dilakukan dua hari sebelum ujian. Jika sudah sinkron, soal ujian dari kementerian sudah ada di server sekolah. “Nah, artinya, saat pelaksanaannya, tinggal komputer induk ke server, sudah terbuka," ujarnya.
Adapun mengenai kendala, Sopan menuturkan proses sinkronisasi agar seluruh data masuk ke server sekolah sering menghadapi kesulitan. Kendala yang paling sering dijumpai adalah kualitas sambungan internet yang memperlambat sinkronisasi soal.
“Kalau internetnya lemot, nah, bahkan prosesnya hingga dua hari. Dari pagi, siang, sore, sampai malam. Kita enggak bisa tidur karena dikejar deadline, enggak bisa nol. Soalnya, saat pagi semuanya harus sudah siap," ujarnya.
LARISSA HUDA