TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, yang terletak di kawasan Daan Mogot Jakarta Barat, segera diresmikan Presiden Joko Widodo pada pekan depan. Namun ada pihak yang menilai desain bangunan mesjid tidak mencerminkan karakteristik daerah dan cenderung moderen.
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefulloh mengatakan pemerintah provinsi akan menghargai semua masukan yang ada sekalipun masjid sudah rampung. "Beberapa ornamen (Betawi) sudah ada. Kalau dinilai belum banyak masukannya akan kita respon," kata dia ketika ditemui media di Balai Kota, Rabu, 12 April 2017.
Baca: Asal-Muasal Masjid Raya Daan Mogot Bernama Hasyim Asyari
Saefullah lalu menyebutkan beberapa bangunan lain di Jakarta, seperti Balai Kota dan Gedung DPRD, yang tidak serta merta memiliki fasad bernuansa Betawi, namun tetap memiliki ornamen daerah.
"Kalau dari fungsi gedungnya, mesjid kan tempat manusia berhubungan dengan Tuhan, sedangkan ornamen (adalah) hubungan manusia dengan budayanya. Saling menghargai lah," ujar Saefulloh.
Baca: Sebelum Cuti Kampanye, Ahok ke Proyek Masjid Raya Daan Mogot
Bangunan ibadah ini diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat itu Jokowi baru mengetahui bahwa selama ini DKI Jakarta belum memiliki masjid raya yang khusus dipunyai provinsi. Lahan kosong di Daan Mogot yang semula akan dibangun rumah susun seluruhnya lalu digunakan juga untuk membangun masjid.
Kemudian pembangunan masjid dimulai pada 20 Juni 2013 di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Penyematan nama KH Hasyim Asy’ari dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk menghargai kepahlawanan dan ketokohan sang ulama, terutama dalam apresiasinya terhadap kebhinnekaan.
AGHNIADI