TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan penyebab hujan selama dua hari terakhir di Jabodetabek adalah adanya pertemuan dan belokan angin di wilayah itu. Memang, selama dua hari terakhir, hujan dengan intensitas sedang dan lebat mengguyur Jabodetabek.
"Ini terjadi akibat adanya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat dari Bengkulu," ucap Andi Eka Sakya kepada Tempo saat dihubungi pada Rabu, 12 April 2017.
Andi menuturkan, selain adanya sirkulasi siklonik tersebut, terdapat indeks konvektif yang menunjukkan nilai cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Terlebih, ujar Andi, hari ini pun masih ada potensi hujan sedang dan lebat.
Baca: Musim Hujan di Jakarta Akan Berakhir Maret, Potensi Banjir April
Meski puncak musim hujan di Indonesia sudah dilewati pada Februari lalu, potensi hujan masih tetap ada saat sore dan malam hari. Namun, dalam beberapa hari ke depan, diperkirakan intensitas hujan mulai berkurang.
Andi menjelaskan, intensitas hujan mulai berkurang akibat adanya perubahan pola angin. Menurut dia, pola angin akan berubah menjadi angin dari arah Australia yang dominan.
Semalam hujan mengguyur sejumlah wilayah di Jabodetabek dan mengakibatkan banjir di sejumlah titik. Di Kecamatan Jatiasih, Bekasi, empat perumahan mengalami banjir parah akibat hujan tersebut.
Perumahan yang terendam banjir itu, selain Kompleks Dosen IKIP, yakni Perumahan Bumi Nasio Indah, permukiman warga di Kampung Salak, dan Perumahan Cahaya Kemang Permai (CKP).
Begitu pun di Jakarta. Di RW 02 dan 03 Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, misalnya, ketinggian air mencapai 30-50 sentimeter. Penyebabnya adalah luapan Kali Krukut. Di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, terjadi banjir setinggi 20-45 cm. Banjir meluap di RT 10, 11, 12, 13, dan 14 RW 03 serta RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07 RW 04.
DIKO OKTARA