TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penganggur di Kota Depok mencapai 78 ribu dari 894 ribu angkatan kerja. “Angka penganggur masih cukup tinggi,” kata Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Depok Diah Sadiah, Senin, 1 Mei 2017.
Tingginya angka itu, ucap Diah, akibat peluang kerja di Depok sangat minim. “Depok tidak untuk kota industri dan tidak boleh lagi ada penambahan industri di kota ini.” Jadi penyerapan tenaga kerjanya rendah.
Baca:
Perusahaan Asing di Depok Daftarkan Sedikit Karyawannya ke BPJS
Sebanyak 30 persen dari jumlah penganggur di Depok adalah lulusan sekolah menengah kejuruan. Mereka tidak mendapatkan pekerjaan karena tidak mau memanfaatkan keahlian sesuai dengan bidang yang ditekuninya. "Kebanyakan maunya kerja kantoran."
Pemerintah Kota Depok, ujar Diah, telah berusaha “mendistribusikan” warganya untuk bekerja. Bahkan pemerintah rutin menggelar bursa pameran kerja setiap tahun. Sedikitnya 3.500 warga Depok mendapatkan pekerjaan melalui agenda itu.
Baca juga:
Hari Buruh, Transjakarta Sesuaikan Jalur dan Rute Sepanjang Hari
Tim Transisi Anies-Sandi Baru Bekerja Setelah 5 Mei 2017
Depok dibangun dengan konsep niaga dan jasa. Untuk itu, kata dia, diharapkan para penganggur di kota ini bisa membuka usaha sendiri. Perputaran pekerja di beberapa perusahaan di Depok masih sangat kecil.
Ia mencontohkan, PT Sanyo dengan 1.700 pekerja tidak lagi merekrut karyawan. Begitu juga PT Xacti yang mempunyai 2.700 karyawan. Perekrutan karyawan perusahaan besar akan dilakukan menunggu karyawannya pensiun. Bahkan perusahaan itu sempat mau mengurangi pegawai, tapi pemerintah mencegahnya.
"Peluang bekerja di pabrik atau perusahaan kecil.” Menurut Diah, peluang usaha yang besar ada di sektor niaga dan jasa. “Penganggur kami alihkan ke dua sektor itu dan industri kreatif."
IMAM HAMDI