TEMPO.CO, Jakarta - Wihara Petak Sembilan saat ini sedang dalam proses pembangunan pasca-kebakaran dua tahun lalu. Pengurus Wihara Petak Sembilan Rendi Yulius mengatakan pembangunan akan berupaya mengikuti desain awal dengan beberapa perubahan desain. Ia memastikan proses pembangunan Wihara Petak Sembilan masih butuh waktu. Pasalnya banyak bagian dan detail bangunan yang rumit sehingga mempersulit penyelesaian pembangunan dalam waktu dekat.
"Banyak data, gambar, dan ornamen asli hangus terbakar, termasuk detail ukiran-ukiran kayu. Kami sedang kumpulkan itu semua sebagai acuan untuk membuat replika wihara tersebut," kata Rendi, Kamis 11 Mei 2017.
Baca: Vihara Berumur 400 Tahun di Petak 9 Ludes Terbakar
Rendi menjelaskan pembangunan masih dalam taraf pembuatan fondasi bangunan dan pemasangan titik pemancangan. Selain itu, wihara tersebut juga rencananya juga akan menambah ketinggian lantai bangunan setinggi 1,5 meter dari bangunan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah air yang masuk saat hujan turun. Pasalnya, kawasan tersebut kerap diterpa banjir saat hujan turun dengan lebat.
Ia juga mengungkapkan kesulitan mencari barang-barang yang hangus terbakar tidak hanya berasal dari Indonesia, beberapa berasal dari Tiongkok. Selain itu, ada beberapa barang yang dibuat di Indonesia sangat dibutuhkan ahli pahat dan ukir yang mumpuni untuk membuat replika mirip dengan aslinya. Permasalahannya, kata Rendi, tak banyak orang memiliki kompetensi yang sama untuk membuat replika ornamen yang telah hilang itu.
Adapun pembangunan Wihara Dharma Bhakti menggunakan anggaran dari swadaya masyarakat. Setiap orang dipersilakan untuk menyumbang biaya pembangunan. Menurut Rendi, pembangunan wihara tersebut tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.
Baca: Waisak, Jumlah Pengunjung Meningkat di Wihara Petak Sembilan
"Adapun kontribusi dari pemerintah, kami harap mereka bisa mempercepat pemberian izin mendirikan bangunan (IMB). Kamu ingin sekali 2-3 tahun ke depan sudah mulai kelihatan pembangunannnya," ujar Rendi.
Menurut Rendi, tim pemugaran yang dibentuk sejak dua bulan lalu terkendala dalam proses pembuatan IMB. Untuk membuat IMB diperlukan izin dari tim cagar budaya yang mensyaratkan adanya gambar rancangan bangunan. Sementara itu, tim pemugaran kesulitan untuk membuat gambar rancangan dikarenakan banyak dokumen yang hilang.
"Setelah gambar jadi, baru IMB keluar. Kami ingin pembuatan IMB berjalan beriringan dengan proses izin dengan tim cagar budaya karena kami harus membuat draft dan detail ulang. Itu semua butuh waktu yang lama," ujar Rendi.
LARISSA HUDA