TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Sudaryatmo mengatakan ada masalah dalam sistem pengelolaan transportasi di DKI. Ia mencontohkan, biaya subsidi Transjakarta sekitar Rp 2 triliun per tahun, tapi belanja transportasi masyarakat tetap tinggi. "Kalau di Cina untuk belanja transportasi 7 persen, di Jakarta bisa 30 persen," ujar Sudaryatmo di Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman DKI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, 22 Mei 2017.
Untuk menekan belanja transportasi masyarakat di antaranya bisa dilakukan dengan memberikan apresiasi kepada pengguna angkutan umum. Langkah ini juga bisa membantu pengalihan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Gubernur bisa memberikan penghargaan bagi warga yang rutin menggunakan kereta rel listrik atau bus Transjakarta.
Baca:
Bentuk Dewan Transportasi, DKI akan Kendalikan Kendaraan Pribadi
Dewan Transportasi Jakarta: Pengguna Angkutan Umum Cuma 24 Persen
Penghargaan bisa diberikan didasarkan penghitungan jarak tempuh dengan kendaraan umum untuk dijadikan poin yang ditukar dengan uang. "Penghargaan ini bisa menjadikan pengguna angkutan umum sebagai warga kelas satu di Jabodetabek," ucap Sudaryatmo.
Masyarakat diyakini akan beralih dari pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna angkutan umum jika waktu tempuh lebih cepat sekitar 30 persen. Selama ini, tutur dia, pengguna kendaraan pribadi sulit menerima transportasi umum karena waktu tempuh dengan kendaraan umum lebih panjang. "Mana mau beralih jika bus Transjakarta dari Semanggi ke Cawang lebih dari satu jam?"
Baca juga:
Diduga Pesta Seks Sejenis di Kelapa Gading, 141 Orang Ditangkap
Dewan Transportasi Jakarta: Pengguna Angkutan Umum Cuma 24 Persen
Menurut Sudaryatmo, pengelolaan transportasi juga harus memperhatikan masalah perubahan iklim. Penggunaan angkutan umum bisa menjadi penyumbang pengurangan emisi karbon. Konsep integrasi dengan jalur sepeda bisa coba dilakukan pemerintah. "Bus yang bisa mengangkut sepeda dan halte sepeda di dekat titik perkantoran bisa dibangun," katanya.
Perbaikan sistem koneksi kereta rel listrik (KRL) bisa mempercepat peralihan pengguna ke angkutan umum. Kelemahan KRL selama ini adalah tidak terkoneksi dengan angkutan lain. "Sehingga kembali menjadi tidak efisien bagi masyarakat."
IRSYAN HASYIM | ENDRI KURNIAWATI