TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan dirinya dan Gubernur DKI non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mempunyai kesamaan dalam bersikap, yakni antikorupsi. Yang membedakan, kata Djarot, hanya penggunaan bahasa.
"Bahasa saya lebih bagus, Pak Ahok lebih vulgar. Yang penting hatinya (Ahok) baik. Kami satu bagian," ujar Djarot saat meresmikan gedung Ambulans Gawat Darurat di Jalan Kesehatan, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Mei 2017.
Baca: Ahok Cabut Banding, Djarot Pertanyakan Penangguhan Penahanan
Djarot menasihati para pegawai DKI untuk selalu bersyukur atas apa yang diperoleh. Djarot meminta mereka agar tetap bersih dengan cara menjaga transparansi, melakukan lelang terbuka, dan tidak menerima titipan proyek apa pun.
Menurut Djarot, kini pegawai pemerintah DKI sudah memiliki tunjangan kinerja daerah yang besar. "Kalau TKD lebih tinggi, kalau masih korupsi, itu keterlaluan. Wajar diberhentikan. Itu bahasa Pak Ahok," kata Djarot.
Djarot mengaku miris saat baru menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, dua tahun lalu. "Masuk di sini saya lihat banyak bangunan mangkrak. Sukanya multiyears. Sekian puluh M (miliar) belum jadi sekolahan, belum jadi puskesmas. Ini apa-apaan?" ucap Djarot.
Baca juga: Ahok Cabut Banding, Apa Implikasinya?
Djarot juga menekankan soal penyakit yang menurut dia sangat menular ketimbang penyakit tuberkulosis (TB) atau HIV/AIDS. "Yang gampang menular itu korupsi dan kemalasan. Karena itu menawarkan kenikmatan, kemewahan," tutur Djarot.
FRISKI RIANA