TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad mengatakan operasi minuman keras yang dilakukan pemerintah kerap bocor. Sehingga, banyak pengedar minuman keras yang lolos dari razia yang dilakukan pemerintah.
"Kalau lihat hasil sitaan meningkat dari sisi jumlahnya. Tapi, yang disayangkan masih sering bocor," kata Idris, usai melakukan pemusnahan ribuan botol miras di Balai Kota Depok, Jumat, 26 Mei 2017.
Menurutnya, miras sitaan yang dimusnahkan cukup banyak melihat hanya dilakukan dalam dua kali razia yang dilakukan oleh tim gabungan pada Januari dan Mei 2017. Sebanyak 3.402 botol minuman keras berbagai jenis dan 125 liter ciu dimusnahkan bersama forum komunikasi pimpinan daerah.
Baca: Jelang Ramadan, Depok Musnahkan Minuman Keras Senilai Rp250 Juta
"Tahun ini lebih banyak. Depok memang bukan wilayah produksi. Tapi, dijadikan tempat transit minuman keras," ucapnya.
Menurutnya, Kecamatan Cimanggis menjadi wilayah paling rawan peredaran minuman keras. Soalnya, di wilayah tersebut berbatasan langsung dengan kota lain, seperti Bekasi, Jakarta dan Bogor. "Dari 11 kecamatan di Depok. Cimanggis paling banyak beredar miras, berdasarkan hasil tangkapan," ujarnya.
Miras tersebut, kata Idris, ada yang dijual di warung klontong sampai di rumah warga. Bahkan, Satuan Polisi Pamong Praja pernah menyita 500 botol miras dari rumah warga. "Pemilik rumah mengaku hanya sebagai tempat transit miras itu," ujarnya.
Pemerintah telah mengimbau tempat hiburan yang potensial menjual miras untuk menutup usahanya selama Ramadan. Terutama, tempat yang juga berpotensi dijadikan orang menyalurkan syahwatnya. "Tempat yang potensial dilarang seperti tempat karaoke dan panti pijat," ujarnya.
IMAM HAMDI