TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Pengendalian Tembakau bekerja sama dengan PT Transjakarta meluncurkan iklan layanan masyarakat bertajuk “Ngerokok Cuma Bakar Uang” dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017. Iklan anti-rokok yang berisi pesan tentang kerugian dari merokok tersebut akan dipasang di badan bus Transjakarta.
Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Prijo Sidipratomo mengatakan konsumsi rokok dapat menjadi beban yang sangat besar dalam ekonomi, terutama pada penduduk miskin. Mengutip hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI), Prijo mengatakan biaya konsumsi rokok pada keluarga miskin bisa mencapai 14 kali biaya konsumsi daging, 11 kali biaya kesehatan, dan tujuh kali biaya pendidikan.
"Sangat disayangkan bahwa prioritas pengeluaran keluarga justru bukan untuk peningkatan kualitas anggota keluarga, namun untuk konsumsi yang malah merugikan," ujar Prijo di halaman Balai Kota, Selasa, 6 Juni 2017.
Baca: Menteri Kesehatan: Sepertiga Penduduk Indonesia Perokok
Menurut Prijo, jumlah kelompok rentan yang merokok, utamanya kelompok masyarakat miskin Indonesia masih ada sekitar 11 persen. Jumlah tersebut itu setara dengan 28 juta orang. Prijo menuturkan merokok sebetulnya akan mempersulit mereka keluar dari jurang kemiskinan itu sendiri.
"Pada jangka panjang juga merusak sumber daya manusia kita karena rokok menyebabkan adiksi yang sesungguhnya," ujar Prijo.
Direktur Utama PT Transjakarta Busi Kaliwono menyatakan komitmennya dalam mengkampanyekan anti-rokok kepada masyarakat. Setidaknya, ada 21 bus tersedia yang akan ditempeli iklan anti rokok, yang terdiri dari 20 unit bus single dan satu unit bus gandeng. Bus akan memajang foto digambarkan dengan dompet kosong dengan tulisan "ngerokok cuma bakar uang."
Baca: Sandiaga Ajak Warga Jakarta Lawan Raksasa Industri Rokok
"Saya yakin pesan ini akan efektif. Semoga dibaca oleh masyarakat sehingga mereka lebih fokus kepada hal yang lain daripada membakar uang untuk merokoknya," ujar Budi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Saefullah menyampaikan apresiasi terhadap Transjakarta dan Komnas Pengendalian Tembakau yang berkomitmen memerangi rokok karena dianggap merugikan masyarakat. Menurut dia, pemasangan iklan di bus tersebut merupakan langkah baik untuk mengurangi asap rokok di Jakarta.
"Efeknya pasti lebih luas. Kami sangat berkomitmen bahwa rokok sangat berbahaya. Bahkan dari yang sangat sulit, apalagi kemiskinan masih tinggi salah satu faktonya adalah rokok," kata Saefullah.
LARISSA HUDA