TEMPO.CO, Jakarta - Berdiri pada 2009, HOME dibidani oleh Dewa Klasik Alexander. Setahun kemudian dia keluar dan diteruskan oleh Stefanus David dan tiga kawannya Yudith Arwendha, Ervana, dan Mellissa. HOME bukan sekadar rumah bagi David, 30 tahun.
Dari HOME alias House of Mercy yang berlokasi di Cilincing inilah ratusan anak jalanan di sekitar kawasan itu mendapatkan pendidikan nonformal secara cuma-cuma. Demi mengabdi sepenuhnya pada HOME, David meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta pada 2010.
Pada 2013, jumlah anak didiknya membludak mencapai 700-an. Padahal di awal berdiri jumlah binaan mereka baru sekitar 100 anak. Peserta didik HOME berasal dari berbagai macam agama dan suku.
Delapan tahun berjalan, cukup banyak sudah anak jalan lulusan HOME yang berhasil. Ada yang menjadi bidan, beberapa bahkan mendapatkan beasiswa untuk belajar di perguruan tinggi. HOME juga membantu anak-anak yang tak memiliki akses ke sekolah formal untuk bersekolah. Mereka mengurus dari mulai persoalan administrasi hingga akhirnya anak-anak tersebut bisa masuk Sekolah Dasar.
Sempat diterpa isu miring kristenisasi, David dan kawan-kawannya tak berhenti. Kata David, mereka tak seperti yang disangka orang. Yang mereka ajarkan adalah pendidikan karakter.
Baca Juga:
David mencotohkan, anak-anak jalanan yang hobi 'ngelem' biasanya meninggalkan kebiasaan tersebut setelah bergabung dengan HOME. Anak-anak itu diajarkan mengenai bahanya obat bius.
HOME juga membantu masyarakat Cilincing dalam bidang kesejahteraan dan pelayanan kesehatan. Mereka suka memberikan bantuan berupa sembako dan obat-obatan.
Masa-masa sulit sempat dilalui David ketika tak ada dana sumbangan yang tersisa. Bahkan untuk membayar listrik di ruko yang mereka sewa pun tak sanggup. Selama dua bulan listrik di kantor mereka padam. Tapi pendidikan bagi anak-anak jalan terus berlangsung. "Kekuatan kami adalah semangat mereka agar kami terus bertahan dan berjuang untuk mereka," ujar David.
DEVY ERNIS