TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Perempuan berusia 52 tahun ini adalah potret dokter bertarif murah di pinggiran Jakarta. Kemapanan ekonomi membuatnya memilih misi kemanusiaan ini untuk masyarakat di sekitar rumahnya di Kompleks Bukit Nusa Indah, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
“Tujuannya memang untuk menolong orang karena masyarakat di sini rata-rata menengah ke bawah,” tuturnya kepada Tempo, pertengahan Mei lalu. Dokter umum alumnus Universitas Andalas, Padang itu, rata-rata hanya memungut biaya Rp 15 ribu per orang untuk sekali pengobatan, termasuk obat.
Namun nyatanya bukan cuma warga miskin yang datang. Warga yang tergolong mapan juga tak sungkan datang berobat kepadanya. Yuli tak ambil pusing. Baginya semua adalah saudara. Hanya, kini tenaga yang dimiliki membatasi pelayanannya. “Kalau dulu saya masih sanggup meladeni banyak pasien, sekarang sudah dibatasi dengan waktu,” katanya.
Toh jumlah pasien tetap mengular hampir setiap hari. Bagi yang ingin berobat siang harus mengambil nomor antrean pukul 9.00-14.00. Sedangkan bagi yang ingin berobat pagi bisa mengambil nomor antrean pukul 22.00-3.00.
Mereka juga datang tak cuma dari kampung sekitar perumahan sang dokter, misalnya Euis Rahmawati. Perempuan berusia 27 tahun itu datang dari kawasan Bintaro. “Selain biaya berobat yang terjangkau, obat yang diberikan juga cocok,” katanya. Dia menambahkan, biaya berobat anaknya yang sakit panas paling mahal hanya Rp 30 ribu.
Saat ini, di era layanan kesehatan gratis dengan BPJS, antrean pasien di tempat praktik mantan dokter puskesmas ini tak berkurang. “Bapak saya sampai hingga kini masih berobat di sini. Sampai kenal dengan dokternya,” ucapnya.
MUHAMMAD KURNIANTO