TEMPO.CO, Jakarta - Polisi telah menangkap Ghilman Omar Harridhi, 20 tahun, yang diduga melancarkan teror di kantor Polsek Kebayoran Lama. Bentuk teror yang dia lakukan adalah memasang bendera ISIS dan menulis surat ancaman. Ancaman itu antara lain ditujukan kepada anggota TNI dan Polri.
Kepala Biro Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, Ghilman mempersiapkan rencananya jauh-jauh hari. Bahkan pemuda itu juga melakukan i’dad dan belajar memanah. I’dad adalah istilah yang digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk menyebut latihan fisik. "Maksud dari I’dad ini adalah agar tubuh selalu siap untuk melakukan jihad pada kapanpun, yang juga dianjurkan pada group-group telegram yang diikutinya," kata Rikwanto.
Dari hasil pemeriksaan diketahui, Ghilman sudah tertarik dengan paham radikal sejak 2015. Dia mengenal paham itu dari tulisan di dunia maya, terutama grup-grup telegram. Aplikasi percakapan instan Telegram sering digunakan oleh anggota ISIS untuk berkomunikasi satu sama lain.
Menurut Rikwanto, dari sanalah Ghilman kemudian berbaiat pada ISIS dengan teks yang diperolehnya dari group telegram Khilafah Islamiyah. "Ia juga membeli satu buku dari Aman Abdurrahman (pemimpin Jamaah Ansharut Daulah) secara online," kata Rikwanto.
Aksi teror yang dilancarkan Ghilman terjadi pada 3 Juli 2017 lalu. Pemuda itu memasang bendera ISIS di pagar Polsek Kebayoran Lama. Selain memasang bendera, Ghilman juga menuliskan surat ancaman kepada kepolisian dan TNI. "Bendera ISIS dan surat ancaman dibuat sendiri. Ada dua pucuk surat, satu lagi disimpan di rumah," kata Rikwanto.
Kepolisian menangkap Ghilman Omar Harridhi pada Jumat lalu di kediamanannya Jalan Nurisan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
EGI ADYATAMA