TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan, mengatakan pertemuannya dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menimba pengalaman dari Raja Keraton Yogyakarta itu.
"Jakarta dan Yogyakarta sama-sama daerah pendatang dengan kebinekaan luar biasa. Bedanya, pendatang di Yogyakarta untuk belajar, kalau di Jakarta untuk bekerja," ujarnya seusai pertemuan selama tiga jam dengan Sultan.
Anies mengaku terinspirasi dengan keteladanan tata kelola pemerintahan di Yogyakarta. Khususnya terkait dengan perlakuan pada pendatang yang sudah dilakukan sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan diteruskan Sri Sultan Hamengku Buwono X kini.
Baca juga: Antar Pemudik, Ini Syarat Anies untuk Pendatang Baru Jakarta
"Orang luar Yogyakarta tidak pernah dipandang dan diperlakukan sebagai pendatang, melainkan saudara sebangsa," ucapnya.
Anies mencontohkan, ketika Yogyakarta beberapa kali terkena bencana alam dan ikut menimpa warga luar yang merantau ke kota tersebut. Pemerintah daerah saat itu mau mengambil alih tanggung jawab yang dialami warga luar Yogyakarta, seperti menanggung biaya sekolah mereka.
"Pemerintah sudah berkewajiban melindungi dan menyejahterakan warga tanpa memandang asal daerah," tuturnya.
Saat mulai menjabat Gubernur DKI Jakarta pada Oktober nanti, Anies juga ingin bisa menerapkan tata kelola pemerintahan berbasis partisipasi warga yang selama ini dia lihat cukup kental di Yogyakarta.
Baca juga: Bertemu Lurah hingga Sekda DKI, Anies: Ini untuk Kenalan
"Misalnya dalam penataan (permukiman) pinggir sungai di Yogyakarta, yang berhasil melibatkan partisipasi warga sehingga tidak akan terjadi proses, seperti penggusuran," katanya.
Anies Baswedan pun berharap, saat memimpin Ibu Kota kelak, pemerintah daerah hanya berperan sebagai fasilitator. Sedangkan inisiatif, perdebatan, dan proses lain berasal dari warga. "Warga diberi ruang menentukan solusi," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO