TEMPO.CO, Jakarta - Koran Tempo kembali memilih dan menobatkan Tokoh Metro. Ajang ini digagas untuk mengapresiasi orang-orang yang berjasa memantik perbaikan di berbagai bidang kehidupan masyarakat Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Mereka, dengan cara unik dan kreatif, telah membantu pemerintah mengatasi persoalan dan membuat wajah kota menjadi lebih ramah.
Proses pemilihan Tokoh Metro 2017 berlangsung sejak empat bulan lalu. Tercatat 35 nama masuk daftar nomine, kemudian susut menjadi 20 orang setelah diseleksi, menggunakan kriteria yang telah disepakati tim juri.
Publik juga kami beri kesempatan untuk ikut menimbang melalui survei di situs berita Tempo.co. Di sana, profil dan aktivitas para nomine kami tayangkan sejak sebulan lalu.
Tim juri terdiri atas Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi; pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga; dosen vokasi Universitas Indonesia, Devi Rahmawati; Koordinator Urban Poor Consortium, Edi Saidi; dan Redaktur Eksekutif Koran Tempo, Setri Yasa. Para juri menilai berdasarkan empat parameter kunci, yakni dampak aktivitas mereka, luas area atau warga yang terjangkau, konsistensi dalam advokasi, serta apakah inisiatif mereka menginspirasi gerakan yang sama di tempat lain.
Kemudian ada kesepakatan untuk mengutamakan tokoh yang belum dikenal luas. Itu sebabnya, beberapa nama populer, seperti Retno Listiyarti, yang bergiat di bidang advokasi guru; Udaya Halim, pemelihara Museum Benteng; serta Abdul Kodir dari Komunitas Ciliwung, tak terpilih.
Demikianlah, melalui diskusi dan debat alot, tim juri memutuskan sembilan pemenang, individu ataupun kelompok, yang bergiat di bidang pemberdayaan masyarakat, pelayanan publik, permukiman dan perkotaan, serta seni-budaya. Siang ini, Senin, 31 Juli 2017, mereka akan menerima penghargaan di Bali Kota Jakarta. Profil mereka tersaji dalam edisi khusus ini.
Rohim bin Sarman ( Jakarta): “Tempat Paku Bukan di Jalanan”
Guntoro (Jakarta): “Lingkungan Nyaman di Tepi Ciliwung”
Donny Pradhana (Bekasi): “Kompos dan Bibit Sayur dalam Polybag”
Dissa Syakina Ahdanisa (Tangerang): “Tunarungu Tak Perlu Menganggur”
Lita Anggraini (Jakarta): “Perlindungan buat Pekerja Rumah Tangga”
Wida Septarina Wijayanti dan Hendro Utomo (Jakarta): “Berbagi Gizi dengan Kaum Miskin Kota”
Ratna Habsari Marsoedi (Depok): “Gembira dan Aktif di Usia Senja”
Dan Roberts dan Dedi Purwadi (Jakarta): “Bukan Sekadar Latihan Sirkus”
Guido Quiko (Jakarta): “Penjaga Warisan Musik Tugu”
TIM KORAN TEMPO