TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana harian Gubernur DKI Jakarta, Saefullah, meminta semua penunggak biaya sewa rumah susun sederhana sewa (rusunawa) mencicil utangnya. Saefullah mengatakan pihaknya tidak akan memberikan pemutihan atau pengampunan tunggakan kepada penghuni rusunawa yang belum melunasi uang sewanya.
"Kemarin saya minta untuk ditagih. Sementara tagih dulu. Dicicil boleh. Itu kan iktikad baik kalau dicicil. Jadi kalau niat tidak bayar, itu tidak baik," ujar Saefullah di Balai Kota Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.
Saefullah mengatakan biaya sewa rusunawa terbilang cukup terjangkau, sekitar Rp 300-500 ribu. Menurut dia, biaya rusunawa bahkan lebih murah ketimbang konsumsi rokok setiap harinya. Saefullah mengimbau kepada penghuni rusunawa agar uangnya digunakan untuk membayar sewa daripada mengisap rokok setiap hari.
Baca juga: Djarot Yakin Rusunawa untuk Korban Gusuran Selesai Oktober
"Kalau dia merokok sebungkus sehari berapa? Bisa habis Rp 22 ribu, lho, rokok (dalam sehari). Kalau sepuluh hari saja sudah Rp 220 ribu. Kalau 30 hari sudah Rp 660 ribu. Sudah lebih (dari biaya sewa). Rokoknya dikurangin coba," ujar Saefullah.
Tunggakan sewa rumah susun hingga akhir Juni lalu mencapai Rp 32 miliar. Saefullah menuturkan tunggakan tersebut merupakan akumulasi sejak 2013. Jumlah tunggakan tersebut merupakan total dari seluruh utang penghuni yang tersebar di 23 rusunawa yang ada di Jakarta.
Saefullah tidak menyebutkan berapa jumlah pasti penghuni rusunawa yang masih menunggak. Namun, menurut dia, setiap rusunawa memiliki kasus berbeda-beda. Saefullah mengatakan dirinya akan mengajak penghuni rusunawa tersebut berdialog mengenai keluhan mereka selama ini hingga harus menunggak biaya sewa.
Baca juga: Kisah Sekda DKI Tolak Warga yang Minta Rusun untuk Istri Kedua
Sejauh ini, Saefullah menuturkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berupaya memberikan pelatihan kepada warga rusunawa agar bisa memiliki penghidupan yang layak. Salah satunya, kata dia, Pemprov DKI Jakarta telah memberikan sejumlah pelatihan kepada mereka, mulai pelatihan rias wajah, salon, hingga jahit.
"Kan orang itu harus terampil. Kalau dia punya keterampilan, dia punya penghasilan dan didistribusikan penghasilan itu," ujar Saefullah.
LARISSA HUDA