TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa pembakaran terhadap terduga pencuri amplifier di Musala Al Hidayah pada Selasa, 1 Agustus 2017 menimbulkan pertanyaan apakah kemanusiaan semakin menjadi barang asing bagi orang Indonesia. “Zoya yang tiba-tiba dituduh mencuri amplifier musala. Ia sudah berusaha membantah. Tapi massa memilih mengeroyoknya tanpa memberikan dia keadilan, “ demikian catatan blogger Indonesiana pada Senin, 7 Agustus 2017.
Baca: Jalan Dewi Sartika Bekasi Berubah Jadi Jalan Dewi Perssik di Google Maps
Zoya atau Muhammad Alzahra tewas dibakar massa setelah dituduh mencuri amplifier musala. Sebelum dibakar, ia dikeroyok. Aksi pembakaran hidup-hidup ini dilakukan pada sore hari dan disaksikan oleh anak-anak. Zoya tewas meninggalkan istri bernama Zubaidah yang tengah hamil tujuh bulan dan seorang anak berumur empat tahun.
Baca : Keluarga Bantah Zoya Pencuri Amplifier
Blogger Indonesia menuliskan pelaku pembakaran terhadap Zoya bukan saja yang telah mengeroyok dan membakarnya, tapi juga kerumunan massa yang ikut menyoraki aksi brutal itu. Terutama lantaran para pengeroyok membiarkan anak-anak melihat aksi kejahatan itu. “Mereka membiarkan anak-anak (mungkin juga disuruh) melihat adegan mengerikan itu dan mengendap menjadi trauma seumur hidup." Di mana kemanusiaan mereka saat membiarkan anak-anak itu melihat aksi mengerikan itu?
Baca: Polisi Tetapkan Dua Tersangka Pembakar Pria yang Dituduh Maling
Selengkapnya baca di sini.
INDONESIANA | ISTI