TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat kerugian sejumlah perusahaan akibat kemacetan di DKI Jakarta. Berdasarkan survei Bank Indonesia pada 8-21 April 2016 terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur dan logistik di Pulau Jawa dampak buruk yang ditanggung beberapa perusahaan itu antara lain meningkatnya biaya transportasi, tenaga kerja, hingga turunnya produktivitas dan keuntungan korporasi.
“Kemacetan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jakarta,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni Primanto Joewono, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 9 Agustus 2017.
Baca:
Lebaran Betawi, Jalan di Kawasan Setu Babakan Macet
Tiga Proyek Dibangun Bersamaan, Tol Cikampek Macet
Menurut Doni, Pemerintah DKI Jakarta ingin mengerem penambahan jumlah kendaraan baru dengan menaikkan tarif bea balik nama kendaraan bermotor dari 10 persen menjadi 20 persen. Pertimbangan rencana kenaikan itu lantaran kondisi Ibu Kota yang semakin macet. Kenaikan itu juga diharapkan bisa mengurangi minat warga Jakarta untuk membeli kendaraan bermotor baru dan beralih menggunakan kendaraan umum.
Doni mengungkapkan jika pemerintah Jakarta bisa mengatasi kemacetan dengan menyediakan transportasi massal, produk daerah regional bruto (PDRB) atau pertumbuhan ekonomi dan produktivitas tenaga kerja DKI masing-masing meningkat sekitar 0,16 persen dan 0,03 persen. “Kemacetan menyebabkan waktu tempuh perjalanan meningkat dan itu berdampak pada turunnya produktivitas tenaga kerja.”
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat perekonomian Ibu Kota pada triwulan II 2017 sebesar 5,96 persen. Pertumbuhan ekonomi itu turun 0,08 persen jika dibandingkan dengan triwulan II 2016.
Baca juga:
Tunjangan Komunikasi Anggota DPRD DKI Bakal Naik Jadi Rp 30 Juta
Raperda Belum Dibahas, Sekda DKI: Anggota DPRD Hanya Kongkow
Menurut Doni, kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,16 persen untuk DKI Jakarta itu cukup signifikan. Sebab, pertumbuhan ekonomi Ibu Kota masih sekitar 5-6 persen.
Pertumbuhan ekonomi di Jakarta sebagian masih mengandalkan industri pengolahan. Padahal, industri pengolahan sangat terimbas efek negatif kemacetan.
Untuk mengatasi terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi karena kemacetan, Doni menyarankan pemerintah DKI mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru seperti industri kreatif dan pariwisata. Menurut dia, dua industri itu tidak terlalu terpengaruh kemacetan.
Simak:Acho dan Pengelola Green Pramuka Sepakat Berdamai
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mengakui kemacetan di Jakarta mengakibatkan proses pengiriman barang menjadi terhambat. “Jumlah perjalanan menjadi berkurang karena kemacetan,” keluhnya. Namun, dia belum bisa merinci jumlah kerugian itu.
Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan penyebab kemacetan di Jakarta ialah banyaknya proyek infrastruktur dan pembangunan sarana transportasi massal. Dia memperkirakan jika pelbagai proyek itu rampung pertumbuhan ekonomi DKI akan naik.
GANGSAR PARIKESIT