TEMPO.CO, Bekasi - Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengatur Transportasi Jabodetabek akan membatasi kendaraan yang melintas di jalan tol Jakarta-Cikampek ruas Bekasi-Cawang melalui sistem ganjil-genap. Belum jelas kapan sistem ganjil-genap diberlakukan. Namun kebijakan itu menuai protes dari pengguna Jalan Kalimalang-KH Noer Alie.
"Satu-satunya jalur dari Bekasi ke Jakarta kan Kalimalang-KH Noer Alie," kata Syahrul Saleh, 30 tahun, warga Jatimulya, Bekasi, kepada Tempo, Jumat, 18 Agustus 2017. Jika sistem ganjil-genap diberlakukan, Syahrul khawatir jalur tersebut semakin macet.
Baca: Sistem Ganjil-Genap Bakal Diterapkan di Tol Cikampek
"Sekarang sudah macet, karena ada proyek Jalan Tol Becakayu. Bakal tambah macet lagi jika volume kendaraan bertambah karena limpahan dari jalan tol," ujar Syahrul. Karyawan swasta yang bekerja di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu mengaku hampir setiap hari melintasi Jalan Kalimalang-KH Noer Alie. “Enggak kebayang jika nanti truk-truk besar dialihkan ke sini,” katanya.
Syahrul menilai pemberlakuan sistem ganjil-genap sangat dipaksakan. Sebab, infrastruktur yang tersedia belum memadai untuk mendukung kebijakan tersebut. Misalnya, jaringan jalan di Bekasi sangat terbatas. "Kalau untuk jalan tol mungkin dampaknya bagus, bisa mengurangi kemacetan, tapi bencana buat pengguna jalur arteri," tuturnya.
Seorang pengguna jalan tol, Samuel Sihombing, sepakat dengan pembatasan kendaraan di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek dengan sistem ganjil-genap. Dengan begitu, kepadatan di ruas jalan tol menjadi berkurang. "Tapi saya pesimistis, karena angkutan umum yang menunjang tidak tersedia dengan baik," ucapnya.
Baca juga: YLKI: Sistem Ganjil-Genap di Tol Cikampek Ngawur
Samuel malah sepakat dengan pemberlakuan jam operasional bagi kendaraan besar. Sebab, kendaraan besar itulah yang selama ini menjadi sumber kemacetan. "Truk-truk besar itu kalau bisa operasinya malam hari, jadi tidak benturan dengan kendaraan pribadi," katanya.
ADI WARSONO