Iklan
TEMPO Interaktif, Ambon:Panglima Kodam XVI Pattimura, Brigjen TNI Mustopo, menegaskan bahwa ia tidak menginginkan penerapan darurat militer di Maluku, karena warga di sana menolaknya. “Jangankan darurat militer, darurat sipil pun saya tidak mau. Yang saya kehendaki di Ambon harus tertib sipil,” tegas Mustopo kepada pers usai bertemu Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku M. Saleh Latuconsina di Gubernuran, Ambon, Senin (6/5). Sementara itu, Senin pagi sekitar pukul 04.00 WIT ada upaya-upaya penyerangan oleh orang tak dikenal ke Desa Eri, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Kapendam XVI Mayor CHJ Herry Suhardi mengatakan, kelompok penyerang itu menggunakan empat buah speed boat. Sempat pula terjadi penembakan dari laut ke desa itu. Namun penyerangan itu dapat digagalkan warga setempat, karena mereka dengan cepat melaporkan hal itu kepada aparat terdekat. “Aparat kami sudah berada di sekitar desa Eri, sehingga dengan cepat melakukan pencegahan, dan kerusuhan tidak terjadi,” kata Herry Suhardi kepada pers di Makodam XVI Pattimura, Senin siang. Peristiwa penyerangan itu juga dibenarkan PDS Maluku, Saleh Latuconsina. Namun ia tidak mengetahui dari mana asal dan kelompok mana penyerang itu. Saleh mengimbau warga Ambon untuk meningkatkan penjagaan di lingkungan masing-masing. “Kepada masyarakat diminta untuk secepatnya melaporkan kepada aparat,” ujarnya. Kapolda Maluku Brigjen Soenarko Danu Ardianto seusai melakukan pertemuan dengan PDS Maluku, menegaskan saat ini pihaknya sudah menahan tiga orang tersangka pelaku pembakaran kantor Gubernur Maluku. “Kalian catat inisial ketiga tersangka itu, yakni D, A dan Y,” kata Soenarko. Ketiga orang itu diamankan di Mapolda Maluku. (Yusnita Tiakoly – Tempo News Room)
Iklan
