Iklan
TEMPO Interaktif, Bogor:Pedagang pasar, pemilik toko, dan pengusaha kecil di Kota Bogor, menolak beroperasinya hypermarket. Pasar modern itu mereka anggap akan membunuh mata pencaharian pedagang pasar dan pemilik toko di sekitarnya. Kekhawatiran pedagang yang tergabung dalam Forum Aksi Masyarakat Bogor tersebut disampaikan kepada Komisi B DPRD Kota Bogor, Senin (26/12). "Kami sangat ketakutan dan terancam dengan keberadaan hypermarket yang akan dibangun. Wakil rakyat harus ikut menolak keberadaanhypermarket," kata Aminah Toriq, wakil pedagang.Menurutnya, penolakan hypermarket telahdicetuskan setahun lalu. Namun, keberatan itu baru bisa disampaikan setelah melakukan pengkajian dansurvei ke Kota Bandung, Bekasi, dan Depok.Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Bogor, Rajab Tambubolon, ikut mendukung aksi penolakan ini."Dalam hypermarket, produk lokal yang dijual hanya 5 persen saja, sisanya semuanya produk impor, ini bisa membunuh pengusaha lokal, omzet mereka bisamencapai Rp 3-5 miliar per hari," ungkap Rajab.Sedangkan penggelola Ekalokasari Plasa, Tendy Irianto,yang juga anggota Komisi B DPRD Kota Bogor, menyebutkanhypermarket di luar negeri berada jauh dari pusatkota. Dia mencontohkan hypermarket Giant di Malaysia berada 50 kilometer dari kota. Adapun carrefour di Prancis berada 70 kilometer dari kota. "Kenapa di Bogor malah berada di dalam kota?" tanyanya.Sementara itu, penggelola Bogor Plaza, H. Ateng Sumantri,mengaku khawatir jika hypermarket di buka di Kota Bogor. Menurutnya, banyak pedagang di Bogor Plaza dan Pasar Bogor akan bangkrut, karena para pembeli beralih ke pasar modern.Deffan Purnama-Tempo
Iklan
