TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepolisian Sektor Senen menggelar razia preman di dalam angkutan umum, siang ini. Operasi dipimpin oleh Wakapolsek Senen Ajun Komisaris Kasmono. Petugas menghentikan setiap kendaraan umum yang melintas di Jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat sekitar 200 meter sebelum masuk terminal.
Polisi masuk ke dalam bus, dan menggeledah para penumpang, khususnya laki-laki. Mereka diminta menunjukkan kartu identitas dan barang bawaan. Yang tidak memiliki identitas langsung digiring ke kantor polisi. Sejumlah penumpang sempat ngotot ketika hendak dibawa polisi. "Apa salah saya, pak?" tanyanya. Kalimat makian pun meluncur dari mulutnya.
Dari operasi selama dua jam ini, polisi menangkap puluhan orang untuk diperiksa lebih lanjut. Dwi Purnomo, 22 tahun, asal Semarang ketahuan membawa satu clurit kecil didalam tasnya. Ia ditangkap polisi dari bus Mayasari Bhakti 9 A jurusan Bekasi-Senen. Saat ditanya polisi, iamengaku sebagai pekerja taman di Monumen Nasional. "Clurit itu saya pakai untuk memotong ranting," katanya. Namun, alasan itu tak diterima oleh polisi. Ia pun digelandang ke kantor polisi.
Polisi juga menangkap seorang anggota Satpam yang ketahuan dalam keadaan mabuk. Polisi menyita minuman keras yang ditaruh dalam kantung plastik. Beberapa pengamen juga ikut diamankan polisi.
Kasmono mengatakan operasi ini dilakukan untuk menekan tingkat kriminalitas di angkutan umum. "Kami gelar operasi seperti ini rutin agar kawasan Senen bebas dari premanisme," ujarnya. Sebelumnya, polisi juga sudah menyisir kawasan terminal dan stasiun.
Operasi ini juga menarik perhatian warga sekitar. Puluhan orang berkumpul menonton razia ini.
Tak semua orang merasa senang dengan operasi yang digelar polisi. Khususnya orang yang merasa memiliki tampang mencurigakan sebagai preman. "Wajah saya emang sangar, tapi saya bukan preman," kata Arindono, warga Tanah Abang. Ia mengaku kesal lantaran digeledah oleh polisi, meski ia sudah menunjukkan KTP. "Masak tas, isi kantong saya digeledah. Polisi sembarangan," ujarnya.
Sofian