TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebagian juru parkir resmi di bawah fly over Grogol, tepatnya depan Universitas Trisakti, menolak pemberlakuan program parkir 5 bayar 1 gratis yang akan diterapkan mulai bulan Mei ini. Program itu dinilai akan mengurangi pendapatan mereka.
"Ga usah lah diterapkan di sini, kalau di mall silakan," kata salah satu juru parkir, Kayudi, kepada Tempo di depan universitas Trisakti, Selasa (5/5). Alasannya, upah yang dia terima per hari hanya mengandalkan dari uang parkir, dengan sistem itu, peluangnya untuk mendapatkan ceperan atau kutipan gelap dari uang parkir menjadi kecil. "Kalau saya digaji sih, ga masalah," ujar Kayudi.
Juru parkir di blok sebelah Kayudi, Kasman lebih lunak menanggapi rencana tersebut. "Saya dukung saja kalau atasan menginstruksikan begitu, asal ada kompensasinya" kata dia. Dia mengusulkan agar agar para juru parkir diberi fasilitas juga, berupa bonus pendapatan dengan sistem, empat hari setoran, satu hari libur setoran. Dalam satu hari libu setoran itu, uang masuk semua ke juru parkir. "Kalau tidak ada kompensasi, wah ga bisa," tambah Kasman.
Menurut Kasman, perwakilan juru parkir sudah mengadakan rapat di kantor suku dinas perhubungan Jakarta Barat membahas rencana tersebut, Jumat lalu. "Tapi belum positif," ujarnya. Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat, Tanwir Panay, sebelumnya telah menegaskan kesiapan jajarannya untuk melaksanakan keputusan Gubernur Nomor 86 Tahun 2006, tentang parkir 5 bayar 1 gratis di seluruh wilayah Jakarta. "Siap membantu pelaksanaan!" tegas Panay.
Namun, Panay belum mengetahui titik lokasi parkir yang akan dijadikan tempat pelaksanaan program tersebut. "Kami baru akan koordinasi hari ini," kata Panay, Selasa (5/5).
Parkiran umum di bawah fly over Grogol, ini didominasi oleh parkir kendaraan mahasiswa Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanegara. Ongkos parkir disini tergolong murah, setiap mobil dikenai ongkos parkir Rp. 3.000. "Mau parkir dari jam 7 pagi sampai 10 malam, juga segitu," kata Kasman, merujuk pada parkir di gedung-gedung perkantoran dan mall yang biasanya dihitung per jam. Bahkan, lanjut Kasman, banyak yang tega membayar dengan cuma seribu.
Dalam satu hari, parkiran di blok Kasman bisa menampung sekitar 100 mobil. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan daya tampung blok Kayudi, yang maksimal hanya sampai 60 mobil. Pantauan Tempo dilokasi, semua pengguna jasa parkir tidak ada yang memegang karcis parkir. Menurut Kasman, para mahasiswa malas ribet dengan karcis. "Setiap hari juga kesini Be," Kasman menirukan ucapan salah satu mahasiswa.
RINA WIDIASTUTI