TEMPO Interaktif, Tangerang - Penanganan demam massal yang menyerang ratusan santri pondok pesantren Dar-Al Qolam, Jayanti, Kabupaten Tangerang, hari ini kacau. Pasalnya, pihak pesantren melarang tim dinas kesehatan masuk kedalam kawasan pesantren karena mereka menilai tindakan dan penanganan yang dilakukan dinas kesehatan berlebihan.
"Mereka menganggap bahwa kami telah menurunkan kredibilitas pondok pesantren dan membuat siswa lain takut masuk pesantren itu," ujar Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Yully Soenar Dewanti, kepada Tempo, siang ini.
Sikap yang diambil pengelola pondok pesantren itu, menurut Yully, telah mengacaukan protap penanganan pasien yang diduga flu babi yang dilakukan di pondok pesantren yang berisikan 4.000 lebih santri itu. "Padahal apa yang kami lakukan adalah untuk antisipasi meluasnya penularan virus itu, sambil menunggu hasil laboratorium Departemen Kesehatan," kata Yully.
Sejak satu pekan ini, tim Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang melakukan karantina terhadap ratusan santri yang mengalami demam massal sejak Selasa (14/7) lalu. Para santri dengan cepat tertular demam dan flu yang mirip dengan gejala flu babi. "Kami lakukan karantina, masker, memberikan tamiflu, penyuluhan dan monitoring selama masa ikubasi 7 X 24 jam," katanya.
Tindakan itu dilakukan setelah mengetahui ciri-ciri penyakit yang diderita para santri itu mirip dengan kasus positif flu babi yang menyerang keluarga dokter hewan di Curug, Tangerang. "Dari gerak tubuh mereka kami curiga itu susfect flu babi,"ujar Yully.
Namun, sejak selasa pagi, kata Yully, pihak pesantren berang dan melarang tim medis yang biasa bertugas didalam pondok pesantren melakukan monitoring dan tindakan medis. "Bahkan mereka mau mengancam akan mendemo kami," katanya.
Yully menyayangkan sikap pengelola pondok pesantren yang tidak kooperatif tersebut. "Kalau ini positif H1N1 akan fatal akibatnya," ujarnya.
JONIANSYAH