Hal itu disebabkan maraknya razia pengemis dan penjaja seks yang dilakukan polisi dan Pamong Praja menjelang dan selama bulan suci Ramadan. Adji mengatakan dalam sebulan terakhir tercatat 583 penyandang masalah kesejahteraan sosial yang dikirim ke sana.
Setelah dibagi atas berbagai profesi seperti asongan, pengamen, pengemis, dan pelacur, data mereka dicatat petugas. "Ada yang dijemput keluarganya, ada juga yang dirujuk kebeberapa
panti sosial untuk diberi keterampilan," ujar Adji. Keluarga yang menjemput harus membuat surat pernyataan sanggup mengawasi dan tidak membiarkan anggota keluarganya kembali ke jalan lagi.
Mereka yang tidak memiliki keluarga penjamin dirujuk ke panti lain, yaitu Panti Sosial Balita Cipayung, Panti Sosial Anak Perempuan Duren Sawit, Panti Sosial Anak Laki-laki Cengkareng, Panti Sosial Wanita Kedoya, dan Panti Jompo di Ciracas. "Sisanya dibina di sini," kata Adji.
Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran Ajib Pribadi mengakui pembinaan terhadap penyandang masalah sosial masih jauh dari cukup. Pasalnya, jumlah penghuni panti yang kelewat batas
tidak sebanding dengan jumlah petugas panti yang hanya 20 orang. Pihaknya hanya bisa membatasi jumlah penghuni dengan secepat mungkin memindahkan penghuni ke panti lain.
Ajib mengatakan penyuluhan bagi penghuni panti berupa sosialisasi peraturan daerah yang
melarang keberadaan mereka di jalan-jalan Ibu Kota. "Setelah itu kami pulangkan ke kampung halaman," ujarnya. Kebanyakan berasal dari Jawa Barat dan Tengah.
Namun, sebagian membandel dan kembali menggelandang di Jakarta. Mereka memanfaatkan momen bulan puasa dan lebaran dimana banyak warga menggiatkan sedekah. "Pas mau lebaran kaya sekarang makin banyak," kata Ajib.
REZA M