Pada waktu itu kepada Sri, Nasrudin bercerita akan mendapat uang Rp 1,5 miliar. Uang itu dari sebuah perusahaan perkebunan di Kolaka Sulawesi Tenggara.
“Katanya itu uang halal dan sudah dikonsultsikan kepada ketua KPK Antasari Azhar,” kata Sri Martuti saat memberi keterangan pada persidangan dengan terdakwa Hendrikus Kia Walens dengan ketua majelis hakim Ismail dengan hakim anggota, Perdana Ginting dan Purwadi.
Keterangan Sri diperkuat lagi dengan pernyataannya di ruang sidang Prof Oemar Seno Adji Pengadilan Negeri Tangerang dengan terdakwa Daniel Daen yang dipimpin ketua Majelis hakim M Asnun. Sri mengatakan Nasrudin datang untuk membicarakan biaya anaknya yang akan masuk kuliah.
“Emang hari gini kok mudah dapat uang. Dia bilang ini uang halal dan Antasari Azhar juga bilang itu haknya,” ujar Martuti.
Menurut Sri, Nasrudin dijanjikan mendapat bagian Rp 500 juta jika uang itu cair. Uang baru akan cair satu - dua bulan lagi. Sayang sebelum turut menikmati rezeki itu, Nasrudin keburu meninggal akibat ditembak.
Terkait kasus ini, lima terdakwa menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang. Sedangkan Antasari akan disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sampai saat ini persidangan terhadap lima terdakwa masih diskors. Sidang dilangsungkan di tiga ruang berbeda.
Nasrudin, 50 tahun, ditembak dari jarak dekat dua kali setelah bermain golf di Padang Golf Modern Land, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 14.30 WIB pada 14 Maret lalu. Kala itu ia dalam perjalanan menuju kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sehari kemudian, Nasrudin meninggal di rumah sakit.
AYU CIPTA
