Sebanyak Rp 185 juta uang palsu tersebut telah diedarkan. Sisanya, Rp 315 berhasil disita dan dijadikan barang bukti.
Kepala Sub Penyidikan dan Penegakan Hukum Direktorat Polisi Air Badan Pembinaan dan Keamanan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Polisi I Made Suka Wijaya mengatakan kelompok ini terbongkar setelah penangkapan SD dan SJ saat sedang bertransaksi di atas Kapal Asnaria II, tanggal 27 Oktober lalu. Saat itu kapal sedang bersandar di Pelabuhan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.
"Waktu ditangkap, pelaku hanya membawa contoh dua lembar," kata Made, di kantor Polisi Air, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (30/10).
Berdasar pengakuan pelaku, lanjut Made, kedua tersangka memilih pelabuhan sebagai lokasi transaksi karena dianggap paling aman. "Sedangkan info adanya transaksi kami peroleh dari laporan masyarakat," ujar dia.
Dari pengembangan kasus ini, polisi kembali meringkus lima orang anggota kelompok pengedar uang palsu di pusat perbelanjaan Cilandak Tow Square, Jakarta Selatan. "Penangkapan tersebut dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2009," kata Made.
Akhirnya, dua kali penangkapan yang dilakukan berbuah informasi tentang dua pelaku utama yang berinisial HW dan SG. Pada 29 Oktober, polisi menangkap HW sebagai otak pelaku di Subang, Jawa Barat. Di hari yang sama polisi juga meringkus SG selaku pembuat uang palsu di Sidomulyo, Batang, Jawa Tengah.
Barang bukti yang berhasil diperoleh dari penangkapan keduanya adalah printer, satu rim kerta jenis color pastel, Rp 150 juta uang palsu setengah jadi, dan Rp 165 juta sudah jadi. Uang palsu yang mereka buat pun sangat mirip dengan aslinya, karena memiliki pita dan tanda air.
Pelaku SG mengaku memiliki kemampuan membuat uang palsu setelah belajar dari temannya di Bandung selama setahun, pada 2008. Setelah mampu membuat uang palsu sendiri, SG bertemu dengan HW. "Akhirnya HW memodali saya," kata SG.
Menurut SG, kelompoknya menjual uang palsu tersebut dengan rasio tiga banding satu. "Atau setiap Rp 30 juta uang palsu dibayar dengan Rp 10 juta uang asli," ujarnya.
WAHYUDIN FAHMI