“Layanan 410 ribu pelanggan kami ikut terganggu,” ujar Juru Bicara PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), Meiritta Mariani, ketika dihubungi Rabu (11/11).
Meiritta menerangkan, gangguan sudah dialami Palya sejak beberapa pekan silam. Pihak Perusahaan Listrik Negara sebenarnya telah mensosialisasikan jadwal pemadaman tersebut. “Tapi kadang jadwalnya ngawur,“ kata dia.
Pada November, kata Meiritta, jadwal pemadaman terjadi hampir tiga kali di seluruh instalasi air yang tersebar di Gedong Panjang, Jembatan Besi, Pejompongan, dan Cilandak. “Paling sering di Cilandak. Sejak awal bulan ini, listrik mati lima kali,” ujar dia.
Gangguan itu berlangsung dalam interval dua hingga tiga jam dalam sehari. Bahkan, sejumlah instalasi juga ada yang mengalami gangguan dua kali dalam sehari. “PLN juga pernah mematikan listrik hampir 19 jam,” kata dia.
Untuk satu jam pemadaman, kata Meiritta, Palyja setidaknya membutuhkan waktu selama empat jam untuk menyalurkan kembali aliran air ke rumah masyarakat secara normal. “Karena mesin kami harus mengisi pipa yang kosong,” kata dia.
Di sejumlah instalasi, kata Meiritta, gangguan listrik relatif bisa ditanggulangi dengan menggunakan mesin genset. Namun itupun tidak sepenuhnya mampu mengimbangi kebutuhan daya. “Kami sangat bergantung dengan PLN,” kata dia.
Menurut Meiritta, guna mengantisipasi kelangkaan air, Palyja telah mengoperasikan sekitar 22 truk tangki air ke sejumlah wilayah vital. “Tempat yang kami utamakan adalah layanan publik, seperti rumah sakit,” kata dia.
Meski demikian, pihak Palyja mengaku belum bisa menjanjikan sekma kompensasi bagi pelanggan yang terganggu. “Sepertinya sulit. Gangguan ini kan terjadi karena adanya gangguan di PLN,” kata dia.
Tidak hanya Palyja yang mengeluh. Gangguan pasokan air juga dialami oleh sekitar 380 ribu konsumen yang berlangganan dengan PT Aetra Air Jakarta. “Banyak pelanggan yang mengeluh lewat telepon,” ujar Juru Bicara Aetra, Margie Elise Tumbelaka.
Berbeda dengan Palyja, gangguan listrik tidak lantas bisa diselesaikan dengan menggunakan mesin genset. “Kebutuhan dayanya sangat besar. Tidak ada genset yang mampu mengimbangi,” kata Margie.
RIKY FERDIANTO