TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekitar 200 orang menghadiri acara 'Malam Renungan untuk Tano Batak' di Tugu Proklamasi, Jakafrta Pusat, malam ini. Mereka mengecam perusakan hutan Toba di Sumatera Utara.
"Kami mengadakan acara ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional," kata Hot Asi Simamora, Ketua Aliansi Peduli Tano Batak, di sela-sela acara. Menurut Hot, pembabatan hutan alam di sekitar Danau Toba telah merusak lingkungan dan menyebabkan bencana, seperti banjir bandang antara lain di Samosir, Mandailing Natal, Padang Lawas, Tapanuli Selatan, dan Humbang Hasundutan.
Aliansi pun mengecam kebijakan pemerintah yang menerbitkan surat keputusan Menteri Kehutanan yang membuat kegiatan industri hutan tak terkontrol. "Peraturan ini membuat warga kehilangan tanah ulayat dan hutan adat," katanya.
Acara diisi dengan happening art, pembacaan puisi, dan testimoni warga sekitar Danau Toba. Juga diputar film dokumentasi perjuangan warga yang diintimidasi aparat. "Hukum hanya berlaku bagi masyarakat, tidak untuk TPL," orasi seorang demonstran soal penangkapan warga oleh polisi.
PT Toba Pulp Lestari, yang sebelumnya bernama PT Indorayon, diduga berada di balik penebangan hutan dan perusakan lingkungan di sekitar Danau Toba. "Pabrik ini menebang hutan alam untuk menghasilkan bubur kertas," kata Ratna Sarumpaet dalam dialognya pada film dokumentasi yang ditayangkan.
tito sianipar