Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Makam Bung Hatta Sepi Peziarah

image-gnews
Makam Proklamator RI Bung Hatta di Tanah Kusir Jakarta. TEMPO/Amston Probel
Makam Proklamator RI Bung Hatta di Tanah Kusir Jakarta. TEMPO/Amston Probel
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Makam proklamator kemerdekaan RI Mohammad Hatta yang lebih dikenal dengan Bung Hatta tampak sepi peziarah pada peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI, Rabu, 17 Agustus 2011. Hanya beberapa orang yang tampak berziarah ke makam Bung Hatta di bagian barat Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, itu.

"Beda jauh dibanding makam Bung Karno. Kalau Bung Karno, biar pun makamnya terpelosok (di Blitar), orang dari Aceh, Medan, Jakarta, dan daerah lain setiap hari ziarah di sana," kata Dedi Setialumawan, 40 tahun, di TPU Tanah Kusir, Rabu, 17 Agustus 2011. Warga Bintaro, Jakarta Selatan, ini setiap 17 Agustus berziarah di makam Bung Hatta.

Bapak tiga anak yang sudah lima tahun berziarah di makam ini mengatakan dia terkesan saat menghadiri pemakaman Bung Hatta pada 14 Maret 1980. "Saya waktu itu masih sekolah dan bela-belain jalan kaki dari rumah buat ikut prosesi pemakaman. Lumayan juga jalan sekitar satu-dua kilometer," kata dia.

Kesan yang cukup mendalam terhadap pelajaran sejarah zaman sekolah mendorong pengusaha swasta ini selalu mengajak anak-anaknya tiap kali berziarah ke makam Bung Hatta. "Sekaligus mencoba mengajari anak-anak bagaimana menghargai proklamator," kata Dedi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Syahrul Akmal, penjaga makam yang sudah 24 tahun bertugas di TPU Tanah Kusir, mengaku jarang ada pengunjung yang secara khusus datang berziarah ke makam Bapak Koperasi Indonesia ini. Kebanyakan organisasi masyarakat atau anak sekolah yang sekadar berziarah di hari besar. Atau peziarah makam lain yang karena kebetulan lewat turut berziarah di makam Bung Hatta. "Paling kalau ada hari Koperasi, hari Pramuka, hari Proklamasi, agak ramai. Tapi itu juga sedikit-sedikit datangnya peziarah dan tidak ada upacara," kata Syahrul.

Menurut Syahrul, Bung Hatta sendiri yang meminta pihak keluarga untuk memakamkannya di tempat pemakaman umum di Jakarta, bukan di tempat kelahirannya, Bukititnggi, Sumatera Barat. "Keluarga hanya mengabulkan. Ya, Bung Hatta sendiri memang tidak suka dan tidak mau diagung-agungkan," kata Syahrul.

ARYANI KRISTANTI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belajar Sejarah, Ini 7 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2022

Poster Film De Oost. Foto: IMDB
Belajar Sejarah, Ini 7 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia

Belajar sejarah tak melulu dari buku melainkan juga bisa lewat menonton film. Simak ulasannya di sini.


Pelurusan Sejarah Ratu Kalinyamat Harus terus Diupayakan

5 Juni 2022

Pelurusan Sejarah Ratu Kalinyamat Harus terus Diupayakan

Menyosialisasikan perjuangan Ratu Kalinyamat lewat pagelaran seni-seni tradisional yang digemari masyarakat, harus terus ditingkatkan.


Nasib Laksamana Maeda Usai Dukung Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2021

Laksamana Maeda. wikipedia.org
Nasib Laksamana Maeda Usai Dukung Kemerdekaan Indonesia

Laksamana Maeda dianggap pengkhianat karena mendukung kemerdekaan Indonesia. Bagaimana nasibnya?


BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi

16 Agustus 2021

Perjuangan B.M. Diah, wartawan yang menemukan teks proklamasi diabadikan ke dalam cerita komik. Istimewa Dasman Djamaluddin, penulis buku B.M. Diah.
BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi

BM Diah mengatakan naskah asli teks proklamasi dibuang ke tempat sampah begitu saja usai diketik oleh Sayuti Melik.


Askar Perang Sabil, Pasukan Pejuang Kemerdekaan Bentukan Muhammadiyah

16 Agustus 2021

Beberapa yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan, akan segera dipisahkan untuk kemudian diperiksa sebagai tawanan perang, Desember 1948. National Archive/Onbekend
Askar Perang Sabil, Pasukan Pejuang Kemerdekaan Bentukan Muhammadiyah

Ulama Muhammadiyah di Yogyakarta membentuk satuan Askar Perang Sabil (APS) untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia


AR Baswedan, Tokoh Keturunan Arab yang Berjuang untuk Kemerdekaan RI

14 Agustus 2021

Gubernur DKI Jakarta memajang foto dirinya, ayahnya dan kakeknya dalam memperingati Hari Ayah Nasional
AR Baswedan, Tokoh Keturunan Arab yang Berjuang untuk Kemerdekaan RI

AR Baswedan merupakan kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan


Mengenal Sukarni, Penculik Bung Karno ke Rengasdengklok

5 Agustus 2021

Sukarni Kartodiwirjo. Foto: IKPNI
Mengenal Sukarni, Penculik Bung Karno ke Rengasdengklok

Sukarni bersama tokoh pemuda lainnya menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok jelang kemerdekaan Indonesia


Kisah Kurir Kemerdekaan Pengirim Kabar Proklamasi 1945

17 Agustus 2017

Paskibra cilik berbaris di acara Napak Tilas Proklamasi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 16 Agustus 2014. Acara tahunan tersebut melibatkan beberapa komunitas dan siswa SMK dan SMP Jakarta sebagai rangkaian mengingat sejarah proklamasi RI pada 17 Agustus 1945. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Kisah Kurir Kemerdekaan Pengirim Kabar Proklamasi 1945

Dua bulan setelah Proklamasi 1945, Kepala Kepolisian Negara Raden Said Soekanto memberi tugas kepada pemuda-pemuda menyebarkan berita proklamasi.


Amir Hamzah: Raja Penyair Pujangga Baru yang Mati Tragis

16 Agustus 2017

Amir Hamzah di Tanjung Pura, Sumatera Utara
Amir Hamzah: Raja Penyair Pujangga Baru yang Mati Tragis

Amir Hamzah mempromosikan pentingnya kemerdekaan hingga ke dusun. Dibunuh karena dianggap pengkhianat.


Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945

31 Juli 2017

Pengunjung berfoto di dekat patung Soekarno di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, di Jakarta, 17 Agustus 2015. Rumah yang pernah menjadi kediaman Laksamana Muda Maeda ini adalah tempat naskah proklamasi dirumuskan dan ditandatangani oleh Soekarno sebelum dibacakan 70 tahun lalu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945

Inilah catatan harian kita seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Ada kisah yang Anda belum tahu?