TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Koperasi Angkutan Jakarta Nanang Basuki meminta pemerintah segera menetapkan tarif Kopaja AC S13. Saat ini, Kopaja masih menggunakan tarif promosi sebesar Rp 2.000. Ini tentu sangat memberatkan manajemen. "Kami harap tarif disesuaikan menjadi Rp 6.000," kata Nanang, Kamis, 15 September 2011.
Menurut Nanang, dalam satu hari operasi, Kopaja AC memerlukan biaya operasional sekitar Rp 700 ribu per armada. Angka itu di luar pembiayaan untuk pihak manajemen dan pengelola. Biaya Rp 700 ribu tersebut, lanjut dia, terdiri dari pembelian bensin Rp 310 ribu dan upah dua sopir serta dua kondektur sekitar Rp 400 ribu. "Dalam sehari, ada dua shift sopir dan kondektur dan mereka kami gaji," ujarnya.
Nanang menolak jika tarif Kopaja AC disamakan dengan tarif bus Transjakarta yang sebesar Rp 3.500 per penumpang. Alasannya, bus Transjakarta mendapat subsidi dari pemerintah, sedangkan Kopaja S13 sepenuhnya dikelola swasta. "Tarif Transjakarta sebenarnya kan Rp 5.300 karena subsidi saja dia mampu berikan harga Rp 3.500 per penumpang."
Selain tidak adanya subsidi, kata Nanang, kapasitas Kopaja AC juga dibatasi hanya 35 penumpang per bus. Peraturan itu untuk menjaga kenyamanan penumpang. "Kami berikan kenyamanan. Tapi kalau hanya mengangkut 35 penumpang dengan tarif Rp 2.000, itu sangat memberatkan," kata dia.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Asaz Tigor Nainggolan mengatakan tidak mungkin Kopaja AC bisa bertahan hanya dengan tarif Rp 2.000 per orang. DTKJ merekomendasikan agar tarif bawah angkutan AC tersebut di titik Rp 6.000 dan tarif atas Rp 7.000 per penumpang. Rekomendasi itu sudah dilayangkan DTKJ ke Pemerintah DKI.
Pertimbangan Asaz, Kopaja S13 bukanlah bus reguler. Selain itu, keberadaan Kopaja AC ditujukan untuk perbaikan transportasi umum di Jakarta dan memberikan kenyaman ke penumpang. "Kalau tetap di angka Rp 2.000, selain hanya akan bertahan dalam hitungan bulan, nantinya bisa menimbulkan sentimen dari Kopaja reguler," katanya. "Kalau mau nyaman naik AC, kalau mau murah bisa yang reguler."
Wacana kenaikan tarif ini sendiri mendapat pandangan miring dari Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parkesit. Menurut Danang, seharusnya pengelola dan pemerintah sudah menghitung dari awal mengenai biaya operasional Kopaja AC tersebut sehingga bila Rp 2.000 adalah tarif promosi, pengelola sudah dapat memprediksi hingga kapan tarif tersebut berlaku. "Jangan sudah berjalan baru pontang-panting memikirkan tarif selanjutnya," ujar Danang.
Tarif Rp 6.000, kata dia, bisa diberlakukan bila Kopaja AC benar-benar memberi kenyamanan ke masyarakat. Danang juga melihat keberadaan Kopaja AC nantinya bisa menarik para pengguna jalan yang membawa kendaraan pribadi, seperti motor. Namun hal itu bisa terjadi bila pengelola sudah mempersiapkan segala sesuatunya dari awal. "Jangan membuat masyarakat meraba-raba seperti ini. Tidak jelas kapan tarif naik dan jadi berapa," kata dia.
CORNILA DESYANA