TEMPO Interaktif, Jakarta - Pimpinan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 gerah dengan pemberitaan seputar tawuran yang melibatkan siswa-siswanya dengan wartawan. Mereka berencana mengadukan masalah ini ke Dewan Pers. "Beritanya tidak berimbang. Saya akan serahkan hak jawab sekolah ke Dewan Pers," kata Kepala SMA 6 Jakarta, Kadarwati Mardiutama, Selasa, 20 September 2011.
Kadarwati mengatakan, dirinya ingin menjelaskan masalah yang sebenarnya lewat hak jawab itu. Termasuk kronologi bentrokan usai pertemuan dirinya dengan wartawan yang dilakukan di sekolah. "Masalah dengan wartawan Trans 7 sudah selesai, tapi setelah mediasi seperti ada provokasi," ujarnya.
Saat ini Kadarwati sedang menyusun draft hak jawab yang akan diserahkan ke Dewan Pers. "Setelah selesai kami serahkan secepatnya ke Dewan Pers," kata dia.
Kadarwati menyatakan dirinya tidak terima dituding melindungi penjahat dan melakukan pembiaran tawuran oleh wartawan. Di lain sisi, wartawan dinilai Kadarwati melakukan pelecehan terhadap simbol sekolah. "Gapura sekolah dinjak-injak," kata perempuan yang sudah tiga tahun memimpin SMA 6 ini. "Wartawan juga tidak bisa menunjukkan surat izin aksi solidaritas dari polisi."
Kadarwati tidak mengiyakan dan tidak juga mengelak saat disinggung apakah Gilang Perdana adalah salah satu anak didiknya. Mengenai kicauan Gilang di Twitter, pihaknya mengaku tidak tahu-menahu. Ia belum bisa memastikan Gilang tercatat sebagai pelajar di sekolahnya. "Saya akan cek dulu di buku induk," ujarnya.
Ia memutuskan meliburkan siswanya selama lima hari. Mereka diimbau tidak datang ke sekolah hingga 26 September mendatang. Sedangkan untuk Ujian Tengah Semester yang saat ini masih berjalan, terpaksa dilakukan melalui Internet.
Kemarin siang terjadi tawuran antara wartawan dengan siswa SMA 6. Tawuran ini buntut dari insiden pengeroyokan terhadap Oktaviardi, juru kamera Trans 7, yang terjadi Jumat, 16 September 2011. Oktaviardi mengaku dipukuli puluhan siswa SMA 6 usai merekam aksi tawuran SMA 6 dengan SMA 70.
HERU TRIYONO