TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia DKI Jakarta Tri Tjahjono mendukung langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membatalkan pembangunan monorel. “Monorel tak cocok untuk Jakarta,” kata Tri dalam percakapanannya dengan Tempo, Selasa, 20 September 2011.
Menurut Tri, perencanaan pembangunan monorel pada masa pemerintahan Gubernur DKI Sutiyoso kurang mendalam, terutama kajian finansialnya. Akibatnya, ada kesulitan finansial yang menyebabkan PT Jakarta Monorail tidak sanggup melanjutkan proyek.
Karenanya, Tri mengaku setuju dengan langkah Pemerintah DKI Jakarta untuk mencari alternatif pengganti. Selain biaya investasi yang terlampau mahal, kata Tri, kapasitasnya terlalu kecil dan teknologinya "isolated". “Kalau ada kerusakan sulit ditangani,” katanya.
Menurut Tri, monorel tak populer di berbagai belahan bumi. “Monorel itu hanya berhasil di tiga negara, yaitu Jepang, Kuala Lumpur dan Australia,” katanya.
Namun, di ketiga negara itu, monorel bukan tulang punggung transportasi massal. Di Jepang, misalnya, monorel menjadi transportasi penghubung dari Bandara Haneda ke Tokyo. Sedang di Malaysia, monorel menjadi penghubung antara Kuala Lumpur dengan Pusat Perbelanjaan Bukit Timah.
Di Australia, monorel dibangun untuk menghidupkan jalur dari CBD ke pelabuhan. “Jadi, pada dasarnya keberhasilan monorel di tiga negara itu bukan sebagai tulang punggung transportasi,” katanya.
Soal eks Wakil Presiden Jusuf Kalla yang lagi giat menginvestasikan dana senilai Rp 4 Triliun--senilai dengan investasi monorel Jakarta-- untuk proyek transportasi ini di Bandung dan Makassar, Tri menganggap investasi JK untuk monorel di Bandung dan Makassar berbeda dengan monorel di Jakarta.
“Kalau dilihat dari latar belakang JK sebagai pengusaha, itu harus dikaji lagi. Bisa saja JK menginvestasikan dana untuk uji coba teknologi yang dia miliki,” katanya. Menurut Tri, JK sempat membangun aeromovel di Taman Mini Indonesia Indah, “Bisa saja, kan, dia mengembangkan teknologi itu untuk monorel,” katanya.
Dia mencontohkan teknologi Maglev (magnetic levitation) dari Jerman sempat tak dilirik oleh investor manapun karena tak pernah dibuktikan kecanggihan teknologinya. “Nyatanya teknologi ini akhirnya terbukti membangun Cina,” katanya. Seputar keinginan JK untuk investasi, “itu harus ditelisik dulu,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI