TEMPO Interaktif, Jakarta - Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta cemas. Angkatan kerja di kota ini terancam digerogoti infeksi HIV/AIDS.
Sebuah hasil survei yang disodorkan pada Kamis lalu memperlihatkan bahwa 88 persen pengidap virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu rata-rata berusia produktif, 20-49 tahun. Mereka terancam, mulai banyak absen karena sakit, semangat merosot, diskriminasi dan konflik karena stigma, hingga pemecatan.
"Tentu ke depan akan mempengaruhi dunia usaha sehingga diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang tepat," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Deded Sukandar.
Deded mengakui hingga saat ini belum ada aduan atau laporan dari perusahaan atau pekerja perihal masalah itu. Tapi dia juga mengungkapkan bahwa sosialisasi perlunya perlindungan terhadap mereka yang terinfeksi masih sangat minim.
Tidak ada dana khusus untuk sosialisasi. "Sosialisasi hanya bisa dilakukan setahun dua kali. Itu pun hanya mengundang 10 perusahaan besar dari masing-masing wilayah kota," kata Deded.
Dalam setiap sosialisasi itu, Deded menekankan setiap perusahaan agar mengakomodasi perlindungan khusus, nondiskriminatif terhadap pekerja yang terinfeksi HIV/AIDS dalam perjanjian kerja bersama. Pihaknya sendiri menyatakan siap melakukan mediasi untuk setiap persoalan yang muncul.
Ketua Kelompok Kerja HIV Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat, Ekarini Aryasantiani, mengatakan kasus HIV dan AIDS di Indonesia saat ini seperti fenomena gunung es. Banyak penderitanya malu untuk memeriksakan diri dan melakukan konseling.
Ekarini menilai stigma di tengah masyarakat masih tinggi. "Terlalu banyak gosip tidak benar, padahal hepatitis dan malaria juga penyakit menular, tapi penderitanya tak perlu masuk panti khusus," kata dia.
Stigma, kata Ekarini, juga membuat penderita dikucilkan. Padahal HIV/AIDS baru bisa ditularkan jika darah bercampur di pembuluh vena. "Sama seperti penderita penyakit lainnya. Yang terpenting bagi pasien adalah perawatan di rumah, bukan panti," kata dia.
Survei yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan sekitar 40 lembaga swadaya masyarakat menyebutkan bahwa Provinsi DKI menempati peringkat keempat setelah Papua, Jawa Barat, dan Jawa Timur untuk prevalensi HIV/AIDS per 100 ribu penduduk.
Secara kumulatif, sejak 1987 hingga Juni 2011, jumlah pengidap yang terdata terinfeksi HIV di Ibu Kota telah mencapai 4.827 orang. Sementara mereka yang sudah dipastikan menderita sindrom degradasi kekebalan tubuh (AIDS) pada periode yang sama berjumlah 4.947 orang.
Jika ditotal dengan mereka yang sudah meninggal, dari 1996 hingga Juni 2011, mencapai 9.784 orang. Di antara jumlah itu, 509 pengidap HIV baru dan 675 pengidap AIDS baru terinfeksi pada tahun ini.
ARYANI KRISTANTI