TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo geram melihat kelakuan nakal warga yang berkunjung ke Monumen Nasional (Monas). "Saat hari libur, Monas mendadak jadi lapangan sampah terbesar di Jakarta," kata pria yang biasa disapa Foke dalam sambutan di Puncak Peringatan 50 Tahun Monas di Lapangan Silang Monas Timur, Jakarta, Selasa, 29 November 2011.
Padahal, kata Foke, Monas merupakan paru-paru terbesar Jakarta yang harus dijaga semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat. "Monas ini milik kita bersama dan merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan," katanya. Foke meminta masyarakat membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Dalam peringatan itu, Fauzi menyalakan sirine yang menandakan puncak peringatan 50 Tahun Monas. Puluhan penari lalu membunyikan genderang dan mengisi lapangan dengan tarian tradisional. Dalam peringatan yang dihadiri ratusan pelajar SMA itu, Fauzi mengatakan harapannya agar peringatan ini memupuk rasa kebangsaan Indonesia.
Monas didirikan atas prakarsa Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961. Kala itu Soekarno menginginkan sebuah tugu untuk membuat bangsa Indonesia memiliki kebanggaan dan perubahan identitas dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa merdeka. Bentuk tugu sendiri diputuskan melalui sayembara yang digelar pendiri Republik itu.
Bentuk tugu yang arsitekturnya sempat diubah oleh Soekarno itu menampilkan dualisme keseimbangan. “Ada unsur maskulinitas, feminitas, positif, dan negarif,” kata Kepala Unit Pelaksana Monas Rini Hariyani. Puncak Monas yang menggambarkan lidah api yang menyala abadi telah dilapis menjadi 50 lembar emas pada 1995 saat perayaan 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI