TEMPO Interaktif, Jakarta - Siswa Pangudi Luhur yang menjadi saksi kasus penusukan Raafi kembali harus berhadapan dengan ancaman. Kali ini ancaman datang dalam bentuk sebuah puisi yang dikirim melalui surat kaleng.
Penasihat tim advokasi Brawijaya IV, Mahendradratta, mengatakan bahwa surat tersebut bukan ancaman pertama yang datang kepada siswa Pangudi Luhur. Sebelumnya, kata dia, pernah ada orang tak dikenal mengelilingi sekolah dengan mobil Espass sambil berteriak, “Mati lo, mati lo.”
Mahendradratta tak membantah bahwa ancaman kali ini sifatnya lebih eksplisit. Lantaran di surat tersebut terpampang foto target ancaman berikut alamatnya. “Itu karena ancaman sebelumnya tidak ditanggapi,” kata Mahendradratta.
Allova Mengko, juru bicara tim advokasi Brawijaya IV, mengatakan sebenarnya surat ancaman berusaha untuk ditutupi agar tidak memperkeruh suasana. Namun kabar tentang surat ancaman sudah kadung menyebar ke media massa. "Kami belum melaporkan surat ini ke polisi."
Melalui surat tersebut, penulis mengatakan akan membunuh target pada Sabtu, 10 Desember 2011 mendatang. Inilah bunyi puisi ancaman itu.
Saksi yang Disimpan
Seorang saksi sedang sekolah simpan
Maka dia harus ditemukan
Untuk mulutnya kita bungkam
Tanggal '10' esok sebagian siswa ditikam
Dengan usus terburai di lapangan
Akan berakhir di sebuah makam
Senasib seperti Raafi Bolpan
Sengsara hingga akhir zaman
Allova mengatakan bahwa tim advokasi sudah berkoordinasi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) terkait ancaman tersebut. Orang tua saksi pun setuju untuk melibatkan LPSK. “Senin besok akan ada perkembangan,” katanya.
Meski belum mendapat laporan, Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto mengatakan akan melakukan penyelidikan. “Akan kami cek,” katanya.
ANANDA BADUDU