TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat dari Institut Studi Transportasi, Darmaningtyas, mengatakan sistem melawan arus (contra flow) yang diuji coba di Jalan Tol Dalam Kota Cawang-Semanggi, atau tepatnya dari KM 350 hingga KM 8.600 merupakan solusi sementara untuk mengatasi kemacetan di Jalan Tol Dalam Kota.
“Pengguna mobil yang tadinya tidak lewat tol dalam kota, pasti akan masuk tol dalam kota kalau melihat tol dalam kota lancar,” kata Darmaningtyas ketika dihubungi Tempo, Selasa, 1 Mei 2012. Menurut dia, hal ini juga akan menyebabkan jalan tol dalam kota macet beberapa waktu ke depan.
Dia merujuk pada pembatasan truk dalam kota yang diujicoba pada 10 Mei 2011 lalu dan hingga kini masih diterapkan. Saat itu, pembatasan truk mampu meningkatkan kecepatan rata-rata kendaraan dari di bawah 30 kilometer menjadi 45 kilometer. Namun, setahun kemudian, kecepatan rata-rata kembali turun menjadi di bawah 30 kilometer.
“Intinya kalau tidak ada solusi yang menyeluruh, kemacetan akan terus terjadi baik di jalan tol dalam kota ataupun jalan tol lainnya,” katanya.
Senada dengan Darmaningtyas, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan sudah memprediksi ketika pembatasan truk diterapkan, kemacetan akan tetap terjadi karena peningkatan mobil pribadi yang melalui jalur ini. "Kalau JORR W-2 selesai, kemacetan saat ini juga akan berkurang. Walaupun bila tak ada sistem transportasi yang menyeluruh, dalam 3-5 tahun kemacetan akan terjadi lagi," katanya.
Begitupun, kata dia, kebijakan contra flow ini untuk sementara akan meningkatkan kecepatan di jalan tol dalam kota. “Penambahan satu lajur itu menambah 25 persen dari lajur yang ada,” katanya.
Menurut dia, pemisahan lajur contra flow harus menjadi perhatian polisi jalan raya dan Jasa Marga. “Resiko kecelakaan tetap ada, dan ini harus ditekan,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jasa Marga, Adityawarman mengatakan sistem contra flow diterapkan, karena tingginya kepadatan di Jalan Tol Dalam Kota pada jam sibuk pagi hari. Berdasarkan data PT Jasa Marga, setelah pembatasan truk diterapkan terjadi peningkatan 2,4 persen mobil kecil yang masuk jalan tol dalam kota pada jam sibuk pagi hari.
“Kalau dilihat dari rasio jumlah kendaraan dan jumlah lajur, kecepatan pasti di bawah 30 kilometer pada pagi hari,” katanya.
Untuk mengatasinya, kata Aditya, PT Jasa Marga menguji coba sistem contra flow. Aditya menjamin sistem ini aman dan mampu meningkatkan kecepatan rata-rata kendaraan menjadi 45 kilometer per jam. “Sistem contra flow sudah diterapkan di tol Jakarta-Serpong, tepatnya dari Kebon Jeruk ke Karang Tengah, sejak 10 tahun lalu,” katanya.
Sementara itu, Rustam Syarif, pengendara mobil yang rutin menggunakan jalan tol dalam kota mengatakan sistem contra flow efektif. “Saya kena macet dari Cililitan sampai Cawang. Cawang sampai semanggi lancar,” katanya. Sebelumnya, kecepatan rata-rata di jalan tol itu sekitar 20 kilometer per jam. “Kalau pagi tadi, sampai 60 kilometer per jam,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI