TEMPO.CO , Jakarta: Selama sepekan kemarin, pertikaian antar organisasi masyarakat marak terjadi, khususnya antara Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP). Menurut juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, hal ini terjadi karena adanya persaingan wilayah, nilai-nilai ekonomis, dan masalah kelompok yang membesar hingga sampai ke ormas.
Rikwanto menjelaskan, dari sudut pandang anggota ormas, kebanyakan mereka mencari jati diri. Kurangnya kegiatan sosial di masyarakat membuat mereka ikut bergabung dalam organisasi itu. \"Saat ini kreativitas di permukiman hilang, mereka kehilangan jati diri lingkungannya makanya masuk ke ormas,\" kata Rikwanto kepada Tempo, Selasa, 3 Juli 2012.
Pada level bawah, kata Rikwanto, orang-orang yang masuk dalam ormas cenderung masih muda. Mereka ingin menunjukkan aktualisasi diri dan tidak ada wadahnya. \"Hanya, di ormas banyak yang tidak terencana (insidental), kumpul-kumpul, provokasi, bahkan ada yang mengajak memimpin hingga terjadi rivalitas.\"
Menurut Rikwanto, adanya ormas sebenarnya positif, jika berangkat dari tujuan-tujuan tertentu. Saat ini, ideologi sudah membias ke tujuan-tujuan lainnya yang membuat situasi di lapangan berubah. \"Sebenarnya organisasi diperbolehkan dan sah menurut Undang-undang.\"
Berkumpul dan berserikat diperbolehkan, hanya saja diluruskan lagi, berkumpul untuk apa dan apakah bermanfaat buat dirinya dan lingkungan. \"Ormas arahnya ke mana? Saat ini sedikit sekali ormas yang ada di kehidupan sosial,\" ujar Rikwanto.
Adanya gesekan yang terjadi antar ormas itu kembali lagi pada lingkup kelompok-kelompok kecil. Mereka sudah jadi ormas dengan memiliki anggota atau kadang hanya menjadi simpatisan. \"Tapi secara aktualisasi ini muncul ke permukaan dan disegani kelompoknya.\"
Hal serupa dikatakan Kepala Sub Bagian Humas Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Aswin. Dia mengatakan adanya pertikaian antar ormas karena adanya persaingan. Pokok permasalahannya ada pada perebutan lahan dan nilai-nilai ekonomis. \"Ya itu permasalahan pokoknya,\" ujar Aswin.
Menurut Wakil Ketua DPD Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Tanggerang, Rodhi, tidak ada ormas yang dibuat untuk tujuan anarkis, tapi untuk meningkatkan keamanan lingkungannya. Kalaupun ada, itu bukan ormasnya, tapi oknumnya.
\"Saya rasa oknum pakai atribut ormas, tapi bertindak sendiri tidak satu komando,\" kata Rodhi.
Forkabi, katanya, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan tawuran dan meningkatkan intelektualitas. \"Kami menjauhi sifat-sifat anarkis dan satu komando kepada pemimpin kami.\"
Pada Rabu, 27 Juni 2012, sekitar 50 orang tak dikenal dengan mengendarai motor mendatangi posko organisasi massa FBR di Jalan Ruko Sabar Garuda Asri, Pondok Aren, Tangerang Selatan, sekitar pukul 00.30 WIB. Saat itu ada sekitar 10 anggota FBR sedang berkumpul, kemudian diserang.
Penyerangan ini membuat anggota FBR pergi dan menyelamatkan diri. Namun, ternyata satu anggota FBR, yaitu Muhidin melakukan perlawanan. Muhidin pun tewas dengan luka bacok di sekujur tubuhnya. Muhidin merupakan Ketua FBR Gardu 287 Pondok Betung.
Pada Minggu, 1 Juli 2012, pukul 21.45 WIB, terjadi lagi kasus bentrokan antara dua ormas yaitu Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP). Bentrokan terjadi di Cengkareng Timur, Jakarta Barat. Kejadian ini menyebabkan satu orang anggota PP mengalami luka bacok.
AFRILIA SURYANIS
Berita terkait:
Alasan Polda Pertemukan 12 Ormas
Temu FBR - PP Juga Dihadiri Pengurus 8 Ormas
Anggapan \'\'Mereka Musuh Kita\'\' Jadi Motif Serangan ke FBR
Polisi Buru Tujuh Orang Terduga Pengeroyok Bos FBR
\'\'Wilayah Kekuasaan\'\' Motif Bentrokan FBR-PP