TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana menambah porsi pendidikan moral dalam kurikulum pendidikan mendatang. Langkah ini dilakukan untuk menghindari terulangnya tawuran atau kekerasan yang dilakukan siswa seperti yang terjadi di Jakarta, akhir September silam.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, mengatakan pihaknya akan memasukkan pelajaran moral dengan porsi lebih banyak dalam kurikulum mendatang. "Selama ini kita terlalu fokus pada sisi pengetahuan dan keterampilan, tetapi melupakan masalah perilaku," kata Musliar saat membuka training Emotional & Spiritual Quotion (ESQ) bersama antara SMA 70 dan SMA 6, di Bulungan, Jakarta Selatan, Kamis, 11 Oktober 2012.
Pendidikan moral, kata dia, akan diberikan dengan porsi lebih besar, mulai dari tingkat sekolah dasar. "Selama ini anak lebih banyak dibebani dengan pekerjaan kognitifnya," kata Musliar. Dengan begitu, jumlah mata pelajaran pun harus dikurangi.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, menyambut baik rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. "Bagus sekali, ada kurikulum yang mengedepankan etika," kata Seto.
Penanaman etika dan pendidikan karakter, menurut dia, memerlukan kerja sama antara orang tua, guru, dan aparat. Penyampaian pesan pun harus dilakukan dengan cara kreatif, salah satunya permainan. "Metode pendidikannya harus tepat," ujar pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu.
Rencana menambah porsi pendidikan moral tersebut merupakan salah satu reaksi atas peristiwa tawuran antara siswa SMA 70 dan SMA 6 Bulungan pada 24 September silam. Akibat peristiwa itu, Alawy, siswa kelas X SMA 6, meninggal karena tertusuk.
ANGGRITA DESYANI
Berita Terpopuler:
KPK Sudah Pegang Bukti Keterlibatan Anas
Nazaruddin Ancam Tak Akan Bernyanyi Lagi
Neneng Sri Wahyuni Cemburu Kepada Angie
Perselingkuhan Ibu Negara Prancis Terungkap
Polisi Relakan Penyidiknya Pindah ke KPK