TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta, Muhammad Akbar, mengatakan sekarang saatnya alat transportasi publik bersaing ketat dengan alat transportasi pribadi. Sehingga, perusahaan angkutan harus memperbaiki sistem manajemennya untuk menarik minat masyarakat menggunakan alat transportasi massal.
"Sekarang angkutan kota kalah bersaing dengan motor," katanya, Senin 29 Oktober 2012. Kondisi ini terjadi di berbagai kota di Tanah Air. "Perusahaan angkutan menuju kebangkrutan," kata dia melihat mudahnya masyarakat mengkredit pembelian motor dan mobil.
Kecenderungan itu karena pelayanan transportasi publik yang mengecewakan. Praktek yang umum terjadi di perusahaan angkutan, menurut Akbar, adalah penekanan keluarnya modal dengan mengurangi jumlah bus yang beroperasi. Akibatnya, "Penumpang didesak masuk ke dalam bus," ujarnya.
Satu bus menampung dua kali lipat jumlah penumpang dari idealnya. Penumpang jadi enggan menggunakan angkutan umum dan berusaha memiliki kendaraan pribadi. Di DKI, berdasarkan data Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan DKI, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kendaraan di Ibu Kota tercatat 8,1 persen.
Akbar menyebut, jika pemerintah membiarkan kondisi ini, lama-kelamaan angkutan umum bisa punah. "Kalau pemerintah enggak sadar, kota bisa rusak. Tidak ada lagi transportasi publik. Padahal angkutan ini kewajiban pemerintah."
Meski BLU masih mendapat banyak kritik soal pelayanan, Akbar tetap percaya diri mempromosikan manajemen Transjakarta. Menurut dia, banyak kota belajar dari Jakarta dalam soal bus rapid transit. Sebutlah Bogor, Yogyakarta, Batam, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Solo, Semarang, dan Bandung.
Kini BLU meluncurkan buku yang merangkum sistem pengelolaan Transjakarta agar bisa ditiru oleh daerah lain. Ditulis oleh Bani Saksono, Darmaningtyas, dan Achmad Izzul Waro, buku setebal 222 halaman ini menjelaskan detil manajemen busway. "Semoga kalau membaca ini, pemerintah daerah terinsipirasi membuat yang seperti busway," Akbar berujar.
Dia berharap pemerintah di daerah-daerah di Indonesia memiliki transportasi yang tidak hanya dikelola dengan logika ekonomi konvensional, melainkan mencontoh BLU yang mengontrak perusahaan bus. Dengan begitu, pelayanan kepada penumpang lebih baik. Perusahaan bus tidak lagi perlu mengejar setoran lewat penampungan penumpang melebihi kapasitas bus. "Sebab, bus sudah dicarter oleh BLU," ujarnya.
BLU juga mendorong pemberian subsidi pada penumpang agar tertarik naik transportasi publik. Meski, "Di kota yang daya beli masyarakat sudah tinggi, tidak perlu subsidi," Akbar berujar.
ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Ini Para Pemenang Gambara Photo Award 2012
Anak HIV/AIDS Dapat Kartu Sehat Program Jokowi?
Kisah-kisah Flores dalam Gambar
Jokowi Benahi Transportasi, DPRD Merasa Diabaikan
5 Hal Unik di Pasar Geliting Maumere
6 Tempat Menarik di Maumere
Lima Wisata Bahari Maumere