TEMPO.CO, Depok - Aliran sungai yang deras kembali menjebol tanggul Kali Laya yang berada di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Tanggul itu baru saja diperbaiki setelah beberapa kali jebol. Dinding tanggul yang jebol lebih besar dari jebolan pekan lalu. Akibatnya, banjir kembali menggenangi puluhan rumah di Perumahan Bukit Cengkeh II.
“Rumah saya kembali banjir setinggi pinggang,” kata Masbiun, 65 tahun, salah satu warga RT 10 RW 2, Perumahan Bukit Cengkeh II, Keluarahan Tugu, Cimanggis, saat ditemui di rumahnya, Selasa, 20 November 2012.
Menurut Masbiun, hujan besar melanda Depok sekitar pukul 17.00 WIB, Senin 19 November 2012. Pada pukul 18.30 WIB, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah tanggul. Ternyata tanggul yang baru diperbaiki kembali patah. Masbiun mengaku banjir kali ini memang tidak sebesar pekan lalu. Air itu kembali surut dalam kurun waktu tiga jam. “Kalau sebelumnya, air baru surut pagi harinya,” kata dia.
Berdasarkan pantauan, bagian tanggul yang jebol berbeda dari tempat sebelumnya. Bagian yang jebol minggu lalu, sudah ditamengi dengan batu dan kawat sehingga lebih kuat. Bagian yang jebol belum ditamengi kawat. Lebar jebolan lebih besar dari jebolan pekan lalu.
Warga lainnya, Rani Lianasari mengaku kaget dengan kembali jebolnya tanggul Kali Laya. Dia tak mengantisipasi banjir. Petugas yang memugar tanggul mengatakan daerah tinggalnya akan aman dari banjir. “Beberapa barang elektronik saya taruh di lantai satu dan belum dipindahkan ke lantai dua,” katanya.
Banjir di rumah Rani hingga setinggi pinggang orang dewasa. "Alirannya lebih deras dari banjir sebelumnya tapi lebih cepat surut."
Ketua Komisi C DPR Kota Depok, Enthy Sukarti meminta Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok lebih serius dalam menangani masalah tanggul Kali Laya. “Jangan jadikan Kali Laya sebagai proyek tambal sulam sebab masyarakat yang menjadi korban,” kata Enthy.
Menurut Enthy, sebaiknya Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air mengundang konsultan profesional dalam menangani jebolnya tanggul. Menurut Enthy, proyek yang dikerjakan akhir tahun selalu berkualitas buruk karena kontraktor fokus menangani penagihan daripada memperhatikan kualitas proyek. "Di samping itu, anggaran pemeliharaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab kontraktor menjadi hilang karena waktunya sudah habis," katanya.
ILHAM TIRTA