TEMPO.CO, Jakarta - Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, baru saja didapuk menjadi kelurahan terbaik se-Jakarta. Lurah Lebak Bulus Arif Abidin mengungkapkan triknya untuk meraih penghargaan yang sempat lepas sejak 2002 silam. Ia membuat forum rutin sambung rasa masyarakat dengan lurah dan camat yang digelar setiap Jumat, jam 8 sampai 11.
Dari segi pendidikan, Kelurahan Lebak Bulus juga berbenah. Arif menyebutkan, sejak dia menjabat, ada program tabungan warga untuk anak asuh. "Ini usulan dari warga sendiri yang disampaikan ke kelurahan," kata dia.
Hingga kini, total ada 20 anak asuh yang disekolahkan sejak SD hingga SMA. Masyarakat yang ingin jadi orang tua asuh cukup datang ke kelurahan untuk menyalurkan bantuan. "Jumlah per bulannya beragam sesuai kemampuan. Ada yang Rp 50 ribu hingga Rp 1 juta."
Sekarang, saldo program mencapai Rp. 30 juta. Arif menargetkan, 2013 nanti, warga punya lebih dari 50 anak asuh. "Ada laporan keuangan kepada orang tua asuh tiap bulan," dia mengatakan. Per anak asuh mendapat Rp 250 ribu per bulan.
Mereka yang berhak adalah yatim piatu berprestasi. Anak yang membutuhkan biaya sekolah dipersilakan datang ke RT dan RW. "Nanti ada tim kelurahan yang melakukan assesment pantas atau tidaknya menjadi anak asuh, kata dia."
Di balik keberhasilan sejumlah program, Arif tetap merasa kelurahan belum berperan maksimal. Masalah kebersihan, kemacetan, dan pembuatan e-KTP yang diwarnai pungutan liar masih menjadi pekerjaan rumahnya.
Masalah lain, warga sempat abai terhadap kesehatan jajanan anak. "Saya menemukan pedagang jajanan anak SD melayani anak dengan tidak mandi. Orang tua murid kan tidak memperhatikan itu," dia berceloteh. Akhirnya, Arif berkoordinasi dengan RT setempat untuk menegur si pedagang.
Untuk mewujudkan kelurahan ideal, Arif bercerita, dia selalu berusaha menggerakkan pegawai kelurahan untuk turun ke lapangan. "Jangan berharap mereka utuh di tempat (kantor). Kami harus fleksibel, datang ke lokasi," kata dia.
Arif bercita-cita kinerja kelurahannya bisa seperti perusahaan profesional. "Kalau Anda melihat ke tubuh kami, Anda akan menangis. Betapa kami sangat menginginkan seperti Anda (perusahaan), tapi kami tidak sanggup," tutur Arif.
Selain keterbatasan sumber daya, kelurahan juga berusaha mencukupkan diri dengan anggaran yang ada. Tahun 2012, mereka mendapat Rp 2,1 miliar. Sedangkan pada 2011 sebesar 2,6 miliar. Namun, mereka tidak mau terpaku pada dana. Dia mengaku mendapat bantuan dari warga donatur, misalnya dalam program pendidikan tadi dan penanganan banjir. Pegawai kelurahan pun diminta mencukupkan diri dengan rezeki yang ada. "Saya bilang sabar saja," katanya.
ATMI PERTIWI
Berita Terpopuler Metro:
Jokowi: Mending Saya Tidak Jadi Gubernur
RAPBD Terancam Molor, Ahok Bakal Telpon Ketua DPRD
Sudah Mau Diputus Jokowi, DPRD Tak Tahu Subsidi MRT
Jokowi Akan Nonton Bidadari-bidadari Surga