TEMPO.CO, Jakarta - Ketinggian air di pos pemantau ketinggian air Ciliwung, Jembatan Panus Depok, mulai masuk siaga 1. Ketinggian air mencapai 350 cm pada pukul 10.00 WIB, Selasa, 15 Januari 2013. Ketinggian air ini mengisyaratkan Jakarta harus segera siaga banjir.
"Sekarang sudah siaga satu, diperkirakan air terus naik," kata petugas pemantau di pos tersebut, Ardih Suhardi, kepada Tempo, Selasa, 15 Januari 2013.
Ketinggian debit air yang mencapai 350 cm ini adalah yang paling tinggi pada musim hujan kali ini setelah sebelumnya hanya sampai siaga II atau 280 cm. Ketinggian air hari ini sekaligus mewakili siklus banjir lima tahunan.
Saat banjir besar pada 2007 silam, ketinggian air di Jembatan Panus mencapai 465 cm. Sejak tahun itu tak pernah terjadi lagi ketinggian yang mencapai lebih dari 300 cm. "Dalam lima tahun ini, hari ini memang yang paling tinggi. Siklus lima tahun juga jatuh pada musim hujan kali ini," kata Ardih.
Ardih mengimbau warga Jakarta agar segera bersiap-siap menghadapi banjir. "Waspada karena ini sudah tinggi," katanya. Kewaspadaan terutama ditujukan kepada wilayah-wilayah langganan banjir. Wilayah tersebut di antaranya Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Cawang, Kebon Baru, Bukit Duri, Bidara Cina, dan Kampung Melayu.
Air mulai tinggi sejak pukul 06.00 WIB dengan ketinggian 150 cm. Sejak dua jam yang lalu air merangkak naik dengan cepat sampai 350 cm. "Ini karena air dari Bogor baru sampai," katanya.
Pada pukul 07.30 WIB, tinggi permukaan air di Bendung Katulampa Bogor mencapai 210 cm. Artinya, debit Sungai Ciliwung Hulu sudah posisi Siaga I atau tingkat siaga tertinggi. Batasan Siaga I adalah lebih dari 200 cm.
Air dari Bogor membutuhkan waktu 3-4 jam untuk sampai di Jembatan Panus Depok. Hal itu tergantung dari kecepatan airnya. Sementara dari Jembatan Panus ke wilayah Jakarta butuh waktu 7-8 jam.
Diperkirakan pukul 17.00 WIB air sudah sampai di Jakarta dan menggenangi wilayah sekitar Sungai Ciliwung dengan tinggi banjir lebih tinggi dibandingkan Desember 2012 dan sebelumnya selama 2013.
ILHAM TIRTA