TEMPO.CO, Tangerang--Sedikitnya 2.000 nelayan di Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang sepekan terakhir ini tidak melaut. Mereka memilih libur karena air laut mengalami pasang. Rob menerjang kampung nelayan yang berpenduduk 13 ribu jiwa itu.
"Rob menerjang rumah, kami masih mengungsi," kata Rasuli warga Dadap kepada Tempo, Sabtu 19 Januari 2013. Rasuli dan para nelayan memilih melabuhkan kapal-kapal mereka di sepanjang muara Kali Perancis.
Kegiatan sehari-hari diisi para nelayan di antaranya dengan memperbaiki perahu yang rusak. "Gelombang air laut yang kencang mengakibatkan perahu di dermaga berbenturan sehingga rusak," ujar Rasuli. Para nelayan, kata Rasuli mengharapkan pemerintah menyediakan pemecah ombak di pinggir pantai. Keinginan itu telah disampaikan secara langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat kunjungan kerja beberapa waktu lalu di Teluknaga, tak jauh dari Kosambi.
Menurut Lurah Dadap, Subur Jauhari mengatakan banjir melanda kampung yang mayoritas warganya nelayan dan buruh pabrik itu sejak empat hari terakhir.
Ketinggian air di kampung mencapai satu meter. Di wilayah itu tercatat ada 13 RW dengan 13.300 jiwa menjadi korban banjir. Dari jumlah itu, hanya 3.000 orang yang mau mengungsi. Lainnya memilih menunggu di rumahnya meski kondisi air merendam rumah mereka. Ke-3.000 pengungsi sementara berada di masjid, dan dua posko pengungsian lain dengan kondisi memprihatinkan.
Selain masalah air laut yang pasang, para nelayan kesulitan melaut karena minimnya pasokan solar subsidi. Tak ayal nelayan kerap mengeluarkan dana lebih besar untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) eceran dengan harga Rp 5.500 per liter.
AYU CIPTA