TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan keanehan pada pola hujan tahun ini. Koordinator Lapangan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto mengatakan sejak 2 Februari 2013, angin yang membawa awan hujan datang dari timur.
"Sesuai prediksi dari musim-musim sebelumnya, biasanya angin datang dari barat," ujar Tri, Selasa 12 Februari 2013. Datangnya awan hujan dari arah timur, diakui Tri, membuat BPPT kesulitan mengarahkan awan itu untuk berjalan ke laut dan menumpahkan hujan di sana.
Selama ini, lanjut Tri, jika awan bermuatan hujan datang dari arah barat, BPPT akan mengarahkannya ke derah Selat Sunda, Pelabuhan Ratu, atau Laut Jawa, sehingga hujan turun di daerah itu.
Namun apabila awan hujan datang dari timur, Tri mengatakan, maka awan bermuatan hujan tadi akan tumpah di daratan. "Tapi kamu upayakan untuk turun di daerah yang bukan kawasan rawan banjir," katanya.
Pilihannya, kata Tri, adalah menurunkan hujan di waduk-waduk di wilayah Jawa Barat atau mencari daerah yang relatif aman dari bencana banjir dan tanah longsor. Upaya menurunkan hujan di waduk ternyata tidak diizinkan oleh pengelola waduk. "Alasannya kapasitas waduk sudah penuh," ujar Tri. Sebab itu, BPPT memilih menurunkan hujan di kawasan lereng gunung di Cikalong Kulon dengan risiko bencana terkecil.
Dalam proyek rekayasa cuaca ini, Tri mengatakan BPPT telah menyemai 115 ton garam pada awan hujan. Proyek yang menggunakan dana Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini dimandatkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ia meminta ahli teknologi untuk melakukan antisipasi agar Jakarta tak terendam banjir pada puncak musim hujan, tengah Februari ini.
M. ANDI PERDANA
Berita terpopuler lainnya:
Hilang Jejaklah si Harrier Hitam Itu
Kenapa Sopir Angkot Ajak Annisa Putar-putar
Ini Daftar Pemegang 'Sprindik' Anas di KPK
IPB Pecat Mahasiswa Muncikari Seks Online
Anas Bakal Tersandung Mobil Harrier?
Ini Jejak Anas di Hambalang
Paus Benectus Mundur Karena Uzur