TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) mulai mengeluhkan lambannya pelayanan akibat minimnya dokter dan perawat. "Mereka, khususnya dokter, masih kurang banyak, sehingga tidak fokus akibat kebanyakan pasien," ujar Boan Efendi, 48 tahun, warga Cakung yang berobat di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara, Kamis, 21 Februari 2013.
Lonjakan pasien setelah diterbitkannya KJS membuat layanan dokter dan perawat meningkat. Mereka mendapatkan jatah untuk melayani pasien lebih tinggi dibanding sebelumnya. "Kalau biasa, kan, paling 20 orang. Sekarang mungkin bisa dua kali lipatnya," ujar dia.
Pasien penyakit syaraf itu mengeluhkan minimnya dokter syaraf di RS Koja sehingga pelayanan menjadi lama, padahal sebelumnya terbilang cepat. "KJS sangat membantu pembiayaan kami, tapi sayang belum ada penambahan dokter," kata dia.
Hingga kini, jumlah dokter syaraf di RS Koja hanya sekitar dua orang, sedangkan pasien yang berobat bisa di atas 50 orang per hari. "Saya tadi ke sini sejak Subuh, baru selesai jam 12.00 siang ini," ujarnya.
Ia berharap dengan semakin membaiknya pelayanan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa memperhatikan ketersediaan dokter dan perawat sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan warga. "Kasihan juga kalau terlalu banyak pasiennya mereka bisa tidak fokus dan bahkan menggerutu," kata Sunarti, istri Boan Efenndi.
Kondisi serupa disampaikan Tati, pasien dari Kampung Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur. Titi mengeluhkan membeludaknya pasien. Di lain pihak, jumlah perawat hampir sama dengan sebelum diberlakukannya KJS. "Keluarga saya bahkan sampai berbaring di ruangan luar, meskipun langsung ditangani. Sebab perawatnya sedikit, jadi gantian," ujar dia.
Perempuan berusia 40 tahun ini menyatakan, peningkatan jumlah pasien mesti diimbangi dengan peningkatan jumlah dokter dan perawat. "Kalau soal pelayanan jelas ada perubahan. Namun, soal lamanya memang kita akui masih lama," kata dia.
JAYADI SUPRIADIN
Terpopuler:
Diberhentikan SBY, Bupati Aceng Membangkang
Pecah Jalan Para Pimpinan KPK
ICW : Anas Tetap Bisa Dijerat Gratifikasi
Jokowi Ikut Kampanye, Pramono Kritik Mendagri
Anggito Belum Yakin Century Berdampak Sistemik
Marzuki Alie Tak Perlu Cuti Jadi Juru Kampanye
KPK Kembali Periksa Elda Devianne