TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, meminta seluruh rumah sakit yang ada di Ibu Kota memperbaiki komunikasi dengan pasien atau keluarga pasien.
Himbauan ini terkait dengan peristiwa yang belum lama menimpa Ana Mudrika, 15 tahun, yang meregang nyawa setelah sejumlah rumah sakit tidak dapat menampungnya. "Kesimpulan saya, komunikasi dengan keluarga pasien tidak baik," ujar Dien dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin 11 Maret 2013.
Dien pun menceritakan kronologis kejadian. Ana yang telah menderita penyakit usus kronis setahun belakangan ini dibawa ke Rumah Sakit Firdaus. Dia pun dirawat selama dua hari di rumah sakit tersebut. Karena tidak memiliki kompetensi untuk perawatan yang diperlukan pasien yakni melakukan perawatan jepitan usus, rumah sakit pun akhirnya memberikan rujukan ke keluarga pasien untuk mencari rumah sakit lainnya.
Akhirnya, Ana dilarikan ke Rumah Sakit Islam Sukapura. Kondisinya, ujar Dien, enam Intensive Care Unit (ICU) yang ada di rumah sakit tersebut sudah terisi penuh. Karena kondisi Ana yang semakin parah, akhirnya tim dokter kembali mengevaluasi enam pasien yang ada di ICU. Akhirnya, satu ruang dapat diisi oleh Ana Mudrika setelah mengetahui satu pasien lainnya dapat dipindah ke ruangan lainnya.
Dalam hal ini, ujar Dien, tidak ada Standard Operating Procedure (SOP) yang dilanggar oleh rumah sakit. Pelaksanaan operasi pun tidak memungkinkan karena kondisi pasien sudah sangat memburuk.
Namun dia menyayangkan komunikasi yang terjadi antara rumah sakit dengan keluarga pasien. Semestinya, rumah sakit tidak lagi memberikan rujukan ke pasien, melainkan rumah sakit itulah yang mencari ruang ICU untuk si pasien. "Berdasarkan keputusan Kementerian Kesehatan, yang mencari rujukan itu rumah sakit," kata dia.
Untuk itu, kata Dien, upaya Dinas Kesehatan membuat call center 119 kelak akan berguna untuk mencari rumah sakit yang kosong untuk pasien. Karenanya, dia akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan agar dapat memberikan teguran pada rumah sakit yang dinilai lalai menjalankan komunikasi dengan baik kepada keluarga pasien terkait kasus ini. "Saya akan koordinasi kepada Kementerian Kesehatan untuk memberikan teguran," ujarnya.
Saat ditanya ihwal penggunaan call center 119, Direktur Spesialis Paru-paru, dr. Bachtiar, mengaku sudah mengetahui hal tersebut. Rumah sakit pun mengklaim sudah memberikan sosialisasi tersebut ke staf-staf. Namun ternyata pesan itu tidak tersampaikan.
"Ada oknum yang tidak meneruskan. Kami sudah sosialisasi, tetapi mereka belum menangkapnya," ujar Bachtiar dalam pertemuan pers.
Sementara Direktur Medis RS Islam Sukapura, dr. Henny Hanna, mengatakan, pihaknya sudah memberikan klarifikasi terkait kasus Ana Mudrika. Dia mengatakan bahwa tidak menjalin komunikasi dengan keluarga pasien ketika tengah mencari ruangan untuknya. "Kami memang tidak komunikasikan ke keluarga pasien waktu itu. Tapi perlu diketahui kalau kami di dalam sibuk mencari ruangan untuk pasien," ujar Henny.
Untuk itu, dia mengatakan, rumah sakit akan menerapkan permintaan Kepala Dinas Kesehatan untuk meningkatkan komunikasi kepada pasien maupun keluarga pasien. "Soal sanksi, kami tidak tahu. Tetapi ke depannya kami ingin meningkatkan komunikasi saja," dia menjelaskan.
SUTJI DECILYA
Berita Terpopuler:
Begini Cara Jokowi Lepaskan Diri dari Hercules
Hercules Ditangkap, Premanisme Masih Tinggi
Rustriningsih Ditolak PDIP Karena Tak Santun Berpolitik
Wawancarai Aher, Sejumlah Wartawan Dipukul Petugas
Nama Anas Terseret dalam Kasus Simulato