TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang kaki lima (PKL) di SMP Negeri 14 Jatinegara keberatan dengan rencana Pemerintah Provinsi DKI memindahkan sekolah tersebut dan menjadikannya tempat relokasi. Keberatan diungkapkan salah satu dari mereka, Supriyem, 39 tahun, pedagang ketoprak.
Sebab, Supriyem khawatir jika ada relokasi nantinya dia harus membeli kios untuk dagangan. "Nanti pasti jadi mahal, harga tebus kios saja bisa sampai Rp. 20 juta, mana mampu," ujarnya kepada Tempo, Ahad 14 Juli 2013.
Untuk mendapat lapak di depan SMP itu saja, Supriyem dan pedagang lainnya harus merogoh kocek Rp. 500 ribu. Mereka berjualan pada Sabtu dan Minggu. "Cuma boleh berjualan kalau murid-murid libur. Hari biasa, kami keliling, enggak buka di sini," dia menambahkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Taufik Yudi Mulyanto mengatakan bakal membangun gedung baru untuk SMP 14 di tempat lain. Sedangkan sekolah ini akan jadi lokasi penampungan PKL.
Bangunan gedung SMP Negeri 14 sendiri digunakan bersama dua sekolah lain yaitu SD Bali Mester 03 dan SMP Darul Mukminin. Nantinya, siswa SMPN 14 akan dilebur dengan SMPN 62 Jatinegara.
Adapun siswa SD Negeri 03 Bali Mester akan dipindahkan ke SD Negeri 01 dan 02 Bali Mester dekat Markas Polres Jakarta Timur. Tetapi, kedua sekolah itu masih harus direhabilitasi total. Adapun Pemprov belum menemukan tempat pengganti untuk SMP Darul Mukminin.
Supriyem, seperti juga beberapa pedagang lainnya mengaku belum tahu rencana alih fungsi sekolah yang terletak di sebelah Pusat Grosir Jatinegara ini. Yang jelas, mereka khawatir kehilangan pelanggan yaitu orang tua siswa yang biasa mengantar dan menjemput anak mereka. "Kalau siswa pindah, yang beli siapa?" ia berkata.
Pantauan Tempo, halaman SMPN 14 Jatinegara hari ini ramai oleh pedagang makanan yang membuka lapak dagangannya. Ada penjual ketoprak, mie ayam, soto, dan lainnya sibuk melayani pembeli yang jumlahnya cukup banyak.
TIKA PRIMANDARI
Topik Terhangat:
Bara LP Tanjung Gusta
Bursa Capres 2014
Ribut Kabut Asap
Tarif Progresif KRL
Bencana Aceh