TEMPO.CO, Subang - Puluhan ribu ton potensi gabah kering panen di sejumlah daerah di Jawa Barat, terancam hilang akibat serangan hama tikus yang sporadis.
"Kemungkinan bisa mencapai 27 ribu ton," kata Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Bambang Tjahyono, disela-sela aksi gropyokan atau berburu tikus di Desa Binong, Ahad, 28 Juli 2013.
Hitungan tersebut, menurut Tjahyono, didasarkan pada fakta yang dirilis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat yang mengatakan bahwa hingga periode akhir Juli 2013, jumlah areal persawahan yang diserang hama tikus mencapai 3.904 hektare.
Jika asumsi produksi padi per hektarenya rata-rata menghasilkan tujuh ton, potensi padi yang akan hilang mencapai 27 ribu ton. "Ini jelas akan menggangu stok ketahanan pangan nasional," kata dia.
Ketujuh kabupaten dan kota yang tingkat serangan tikusnya paling luas di Jawa Barat saat ini adalah Kabupaten Subang, Karawang, Purwakarta, Indramayu, Cirebon, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, serta Kabupaten Bogor.
Menurut Tjahyono, saat ini tidak ada jalan lain agar serangan hama tersebut tidak terus meluas. Agar bisa dieliminasi seminimal mungkin, maka upaya gropyokan harus terus-menerus dilakukan para petani. "Kami menyiapkan reward, untuk satu ekor tikus petani dapat hadiah Rp 1.500," ujarnya.
Kujang memberikan waktu selama sepekan untuk menyatakan agenda perang dengan tikus tersebut. Ketua Kelompok Tani Mulus Desa Binoung, Iyos Rosyadi, mengatakan setiap tanaman padi yang terserang hama tikus mengalami kerugian cukup besar. "Kerugian ongkos tanamnya saja mencapai Rp 7 juta per hektare," kata dia.
Jika terkena serangan tikus, satu hektar padi hanya mampu menghasilkan dua kuintal saja. Padahal, jika dipanen dalam kondisi mulus, rata-rata produksinya mencapai 6,7 hingga tujuh ton.
Ia menyebutkan, dalam sekali aksi gropyokan hama tikus, para petani biasanya berhasil membunuh hama ini hingga sebanyak lima ribu ekor. "Hama itu bisa hilang jika dibasmi secara continue," imbuhnya.
NANANG SUTISNA
Topik Terhangat
Gempuran Buku Porno| Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur
Berita populer:
Menyelesaikan Sengketa Pajak Tanpa Suap
Rachel Dougall Ungkap Kesadisan Penjara Bali
7 Pengacara Bermasalah versi ICW