TEMPO.CO, Depok - Kenaikan harga bahan pangan impor seperti kedelai, membuat perajin tahu mesti putar otak. Muchtarom, 53 tahun, misalnya menyiasati kerugian yang dideritanya dengan dua trik.
Pertama, dia memperkecil ukuran potongan tahu. "Harga tahu ke konsumen sama dengan sebelumnya, Rp 3.000 per 10 potong, namun ukurannya diperkecil," katanya, Selasa 27 Agustus 2013.
Siasat kedua, perajin tahu di Jalan Utan Kayu, Citayam, Depok ini mengurangi produksinya sampai 30 persen. Meski, dia menyebut, omset tahu kini masih tetap turun.
Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah yang melemah menyebabkan harga kacang kedelai impor naik ke kisaran Rp. 9.000 per kilogram. Padahal Juni lalu harganya masih Rp. 6.500 per kilogram.
Menurut Muchtarom, para perajin tahu mengancam akan berunjuk rasa jika harga kedelai masih melambung. Mereka akan meminta pemerintah daerah maupun pusat berbuat sesuatu untuk mengatasi masalah ini. "Kami tinggal tunggu arahan dari Paguyuban. Kalau begini terus, kami bisa gulung tikar," kata dia.
Pantauan Tempo, berkurangnya produksi tahu menyebabkan tahu jadi langka di pasar tradisional. Salah satu penghuni kos di Kota Kembang Depok, Dwi Komalasari, 30 tahun, mengaku kesulitan mencari tahu di pasar. "Iya tahu tempe malah susah dicari sekarang,"katanya.
Padahal, warga Kelurahan Tirta Jaya, Sukmajaya ini belakangan sering mengganti menu ayam dan daging menjadi tahu. "Sekarang kan ayam dan daging mahal, jadi saya modifikasi dengan tahu dan tempe."
ILHAM TIRTA